Setiap tanggal 31 Mei, dunia memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS). Momen ini menjadi pengingat penting akan dampak buruk tembakau dan ajakan untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang bebas asap rokok.
Berbagai langkah seperti peningkatan tarif cukai rokok, pelarangan iklan dan promosi rokok, pencantuman peringatan kesehatan grafis pada kemasan rokok, serta kampanye edukasi publik secara intensif bertujuan untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk merokok dan mempromosikan gaya hidup sehat.
HTTS adalah kesempatan bagi kita untuk menghentikan kebiasaan merokok dan mengambil langkah nyata menuju hidup yang lebih sehat.
Berhenti merokok memang bukan hal mudah, namun ini adalah investasi terbaik untuk masa depan Anda dan orang-orang terkasih. Ada banyak dukungan dan program rehabilitasi yang tersedia untuk membantu Anda lepas dari jerat nikotin.
Kebiasaan merokok merupakan faktor utama masalah paru-paru yang sering terjadi di Indonesia maupun dunia.
Asap rokok mengandung ribuan senyawa kimia berbahaya yang dapat menyerang organ-organ vital tubuh.
Bukan hanya pada si pengguna, bahaya rokok juga dapat dialami oleh mereka para perokok pasif. Ketahui bahaya merokok untuk melindungi diri dan orang terkasih.
5 Gangguan pada Sistem Organ yang Dimiliki Pecandu Rokok
Paparan zat-zat berbahaya dalam rokok menimbulkan kerusakan signifikan pada berbagai sistem organ:
Sistem Pernapasan
Paru-paru merupakan organ yang paling rentan terhadap dampak negatif merokok.
Spesialis Paru Eka Hospital Cibubur dr. Paulus Arka Triyoga, Sp.P menjelaskan inhalasi asap rokok secara kronis menyebabkan kerusakan ireversibel pada alveoli, memicu perkembangan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), termasuk emfisema dan bronkitis kronis.
Selain itu, risiko kanker paru-paru meningkat secara signifikan pada mereka yang memiliki riwayat merokok aktif.
“Merokok juga dapat meningkatkan risiko terkena infeksi seperti tuberkulosis (TBC) dan pneumonia. Penumpukan tar pada paru menghambat fungsi pernapasan Anda secara perlahan-lahan,” paparnya, Jakarta, Sabtu (31/05/2025).
Sistem Kardiovaskular
Masih menurutnya, nikotin dan karbon monoksida dalam asap rokok mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.
“Hal ini memaksa jantung bekerja lebih keras dan meningkatkan peluang munculnya penyakit jantung koroner, infark miokardium, serta stroke. Proses aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah akibat pembentukan plak pada dinding arteri, juga dipercepat oleh kebiasaan merokok,” paparnya.
Sistem Saraf Pusat
“Nikotin memiliki sifat adiktif/candu yang kuat dan mempengaruhi kimia otak. Disamping itu, penurunan aliran darah serebral akibat penyempitan pembuluh darah dapat mengganggu fungsi kognitif dan meningkatkan kerentanan terhadap stroke,” ujarnya.
Mata
“Merokok dalam jangka panjang dapat memengaruhi penglihatan dan saraf optik. Merokok dapat menyebabkan gangguan yang memengaruhi mata seperti glaukoma, katarak, dan degenerasi makula,” jelasnya.
Kulit
“Merokok mempercepat proses penuaan kulit melalui kerusakan serat kolagen dan elastin. Akibatnya, kulit kehilangan elastisitas, menjadi lebih keriput, tampak kusam, dan mengalami penurunan kemampuan regenerasi. Proses penyembuhan luka pada perokok juga cenderung lebih lambat,” paparnya.
Lantas Apa Bahaya Perokok Pasif?
Perokok pasif mengalami risiko sama besarnya dengan perokok aktif. Mereka yang tidak merokok namun terpapar asap rokok lingkungan memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami berbagai gangguan kesehatan.
“Termasuk penyakit kardiovaskular, kanker paru-paru, infeksi saluran pernapasan terutama pada populasi anak, asma dan alergi, serta peningkatan risiko Sindrom Kematian Bayi Mendadak (SIDS),” paparnya.
Kebiasaan Merokok dan Mental
Bagi sebagian besar perokok, hal ini dilakukan sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap stres atau kecemasan.
“Sayangnya, nikotin pada rokok, dalam jangka panjang berpotensi memperburuk kondisi kesehatan mental. Ketergantungan nikotin menciptakan siklus kecanduan yang kuat, sehingga sulit untuk berhenti,” paparnya.
Bahaya Rokok Bagi Generasi Muda
Tak bisa dipungkiri, industri rokok lewat kampanye marketingnya secara implisit meningkatkan jumlah perokok pada usia muda.
Konsumsi rokok sejak usia muda malah jauh merugikan dibandingkan saat dewasa atau tua. Hal ini disebabkan organ seperti paru-paru dan otak belum berkembang secara sempurna.
Kebiasaan merokok pada usia remaja juga meningkatkan risiko kecanduan yang lebih sulit dihilangkan dan perkembangan penyakit kronis di kemudian hari.
Selain kesehatan, merokok juga dapat membawa kerugian finansial. Harga rokok yang mahal bertemu dengan kebiasaan merokok yang rutin tentunya akan menguras isi dompet Anda.