Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Hery Gunardi yakin perang tarif Amerika Serikat (AS) yang tengah berlangsung tidak berdampak signifikan terhadap bisnis BRI. Negosiasi Indonesia dan AS yang masih berlangsung diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan yang lebih baik.
“Perlu dicatat ekonomi Indonesia termasuk bisnis Bank Rakyat Indonesia lebih banyak bergantung pada domestic demand atau konsumsi domestik. Sehingga selain dari depresiasi mata uang yang terjadi, perang tarif diproyeksikan tidak berdampak terlalu signifikan untuk bisnis BRI maupun juga untuk Indonesia,” ujar Direktur Utama BRI Hery Gunardi dalam konferensi pers paparan keuangan BRI Kuartal I secara virtual, Jakarta, Rabu (30/4/2025).
Dia mengatakan fundamental ekonomi Indonesia tetap resilien. Hal ini tercermin dari cadangan devisa yang memadai, yang tercatat naik dari US$155,7 miliar pada akhir Desember 2024 menjadi US$157,1 miliar pada akhir Maret 2025.
“Konsumsi domestik masih menjadi kontributor utama dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat masih tumbuh positif,” ucapnya.
Kendati demikian, konsumsi domestik masih belum pulih sepenuhnya jika dibandingkan dengan kondisi sebelum terjadinya pandemi COVID-19 beberapa tahun lalu. Hal ini menjadi tantangan bagi sektor UMKM yang sangat bergantung pada daya beli masyarakat.
“Dalam kondisi tersebut, BRI terus memperkuat perannya sebagai bank yang pro-rakyat dengan tetap fokus menumbuhkan dan mengembangkan, serta memperdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di Indonesia sebagai upaya nyata dalam mendukung pertumbuhan dan ketahanan ekonomi Indonesia,” tutur dia.