Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menegaskan Hari Peringatan Buruh Internasional (May Day) bukanlah tentang soal libur. Dia menyebut May Day merupakan hari di mana kembali mengingat perjuangan para kaum buruh.
“May Day bukan hari libur. May Day memperjuangkan isu buruh. May Day bukan tentang libur kaum buruh. May Day adalah tentang bagaimana mengingat kembali penderitaan kaum buruh, untuk memperjuangkan isu-isu kaum buruh,” kata Said di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, Kamis (1/5/2024).
Dia menjelaskan, peristiwa Hippermark di Chicago yang menampilkan ribuan kaum buruh di Amerika menjadi hari diperingatinya para buruh yang memperjuangkan haknya.
Lebih lanjut, Said mengaku senang pada hari ini Presiden Prabowo Subianto dan sejumlah tokoh lainnya turut hadir. Menurutnya, hadirnya para tokoh itu membuktikan keberpihakannya kepada kaum buruh.
“Ini menunjukkan keberpihakannya kepada kaum buruh dan seluruh rakyat Indonesia khususnya orang kecil,” tegasnya.
Untuk itu, Said kemudian menyampaikan enam tuntutan yang dibawa serikat buruh dalam hari yang istimewa ini. Yakni pertama penghapusan outsourcing, pembentukan satgas PHK, upah layak, sahkan RUU ketenagakerjaan yang baru, RUU pelindungan pekerja rumah tangga dan pemberantasan korupsi.
“Kami mendapat informasi dari Pak Dasco, Ibu Puan dan jajaran pimpinan. Tolong sahkan rancangan Pelindungan Pekerja Rumah Tangga. Jangan seperti budak, Pak. Ada yang disetrika, ada yang tidur dengan kandang anjing, Pak, rakyat Bapak. Ada yang dikasih makanan kucing,” tuturnya.
“Dan mereka menderita penderitaan, bukan di negeri di luar sana, tapi di dalam negeri kita. Sahkan RUU PBRT,” sambung Said.