Ketika banyak negara mengalami krisis pangan, pemerintah Indonesia justru mampu memproduksi beras besar-besaran. Tahun ini, diperkirakan terjadi surplus beras hingga 3,6 juta ton.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman pantas semringah atas capaian ini. Tahun ini, dipastikan tak akan adalagi impor beras yang sudah menjadi tradisi selama puluhan tahun.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tembus 3,5 juta ton per Mei 2025. Tertinggi dalam 57 tahun terakhir.
“Ini adalah momen emas bagi Indonesia untuk memperkuat posisi sebagai negara mandiri pangan dan bahkan bersiap menjadi eksportir di masa depan,” kata Mentan Amran, Jumat (9/5/2025).
Meski begitu, Mentan Amran tak ingin terlalu jumawa. Dia bilang, pemerintah tetap mewaspadai tantangan sektor pangan dalam jangka panjang, seperti perubahan iklim, penurunan luas lahan pertanian serta fluktuasi pasar global.
Karena itu, pihaknya bertekad mempertahankan pencapaian produksi beras saat ini lewat penguatan teknologi pertanian, pengelolaan air, dan infrastruktur distribusi.
“Ke depan, kami akan perkuat lagi petani kita agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bukan tidak mungkin, Indonesia jadi pengekspor beras,” ujar Mentan Amran.
Menurut laporan Departemen Pertanian AS (United States Department of Agriculture/USDA) pada April 2025, produksi beras di Indonesia di musim tanam 2024/2025, melonjak 4,8 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Laporan dari AS ini, menempatkan Indonesia sebagai lumbung beras terbesar di Asia Tenggara pada tahun ini. Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi beras nasional bisa tembus 32,8 juta ton. Masih di atas kebutuhan beras nasional yang berada di kisaran 31 juta ton.
Staf Khusus Mentan bidang Kebijakan Pertanian, Sam Herodian meyakini, produksi beras tahun ini, bisa lebih dari 34 juta ton. Sesuai proyeksi USDA, minimal 34,6 juta ton. Artinya ada surplus sekitar 3,6 juta ton. “Ini jelas berbeda dengan tahun-tahun lalu, produksinya pas-pasan. Sehingga enggak ada untuk stok,” kata Sam.
Dia mengatakan, ramalan yang dirilis USDA berpatokan kepada kondisi pertanian di Indonesia pada tahun lalu. Sementara saat ini, berbagai upaya untuk menggenjot produksi, terus dilakukan pemerintah.
“Sekarang kita sudah ada irigasi yang bersatu dengan PU dan seterusnya, meningkatkan pompanisasi. Jadi harusnya bisa lebih dari ini. Kami optimis ya. Gudang Bulog bakalan penuh,” lanjutnya.
Saat ini, kata Sam, persediaan cadangan beras Indonesia mencapai 3,5 juta ton. Seiring kenaikan produksi, stok cadangan beras dalam dua minggu ke depan, bisa naik menjadi 4 juta ton.
“Kemarin sudah ada 3,5 juta ton (stok cadangan beras). Dalam dua minggu ke depan, stok di Bulog naik menjadi 4 juta ton Pak. Ini tertinggi selama Indonesia berdiri,” ungkapnya.
Dengan stok beras yang berlimpah ini, Indonesia bisa saja melakukan ekspor. Salah satu negara yang telah menyatakan minat adalah Malaysia.
“Malaysia sekarang sudah datang Menterinya ke kami untuk minta impor beras dari kita. Tetapi waktu itu Pak Menteri (Mentan Andi Amran Sulaiman) menyampaikan bahwa pada saat ini kami masih memiliki kebutuhan dalam negeri, stok kami cukup, nanti pada akhir tahun kemungkinan akan bisa kirim. Kalau kita sudah aman semuanya,” kata dia.
Sam mengatakan, saat ini, beras yang diproduksi dari lahan sawah Kalimantan Barat, bisa menjadi stok ekspor ke Malaysia. Di mana, luas lahannya mencapai ribuan hektare.
“Karena kita akan kerja sama di Kalimantan Barat. Ada kerja sama di Kalimantan Barat (dengan) Malaysia. Jadi khusus untuk ngirim ke Malaysia, jumlahnya belum, masih kita bicarakan. Tapi luasnya ratusan ribu hektare kita siapkan,” pungkasnya.