Punya Iklim Panas Stabil, NTT Dinilai Cocok Jadi Tempat Produksi Garam

Punya Iklim Panas Stabil, NTT Dinilai Cocok Jadi Tempat Produksi Garam


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) segera membangun modeling pergaraman di Nusa Tenggara Timur (NTT) karena dinilai memiliki iklim panas yang stabil dan sangat cocok untuk pengembangan sektor garam nasional secara berkelanjutan.

“NTT memiliki iklim panas yang stabil dan cocok untuk produksi garam, kondisinya mirip dengan kawasan Dampier di Australia Barat. Ini membuat NTT sangat potensial untuk menjadi lokasi modelling tambak garam dengan target produktivitas 200 ton per hektare,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP Koswara dalam keterangannya di Jakarta.

Ia menuturkan, pihaknya bersama tim teknis dari KKP dan perwakilan PT Garam telah meninjau sejumlah lokasi di Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Kupang, NTT yang direncanakan menjadi lokasi pembangunan modeling garam.

Koswara menyebutkan di Kabupaten Sabu Raijua, terdapat tiga lokasi yang dikunjungi, yaitu Desa Menia (Kecamatan Sabu Barat), Desa Bodae (Sabu Timur), dan Desa Deme (Sabu Liae).

Sementara di Kabupaten Kupang, peninjauan difokuskan di Desa Bipoli dan Oetata, Kecamatan Camplong, yang telah dikelola oleh PT Garam.

Selain potensi alam, aspek sosial-budaya, kejelasan status lahan dan kesiapan infrastruktur, juga menjadi pertimbangan penting dalam menentukan kelayakan pengembangan lahan garam terintegrasi di NTT.

Peninjauan itu merupakan awal dari langkah konkret KKP dalam membangun model ekstensifikasi tambak garam di wilayah-wilayah strategis agar mampu memenuhi target kebutuhan nasional.

“Hasil peninjauan ini akan melengkapi analisis dan evaluasi KKP dalam menentukan lokasi pembangunan modeling garam dengan skema ekstensifikasi,” ucapnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan pembangunan modeling ekstensifikasi bertujuan untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam lokal dalam mewujudkan swasembada garam di tahun 2027.

Kebutuhan garam nasional per tahunnya mencapai 4,9 juta hingga 5 juta ton untuk konsumsi, industri, peternakan dan perkebunan, water treatment, hingga pengeboran minyak.

“Pengelolaan model ini akan melibatkan pemerintah pusat, pemda dan pelaku usaha melalui skema ekonomi yang disepakati,” imbuh Koswara.

post-cover

Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menekankan pentingnya lompatan nyata untuk memajukan industri garam nasional agar semakin mandiri dan berdaya saing tinggi.

Selain pembangunan modeling ekstensifikasi, produktivitas garam nasional juga akan didongkrak oleh strategi intensifikasi yakni memaksimalkan tambak garam rakyat yang sudah ada.

“Nanti kami sedang menyusun perencanaan bisnisnya, lalu kemudian kita sedang menyusun juga seberapa besar kebutuhan biayanya. Kita akan lakukan itu dan kemudian nanti ada BUMN yang menjalankan,” kata Trenggono.​​​​​​​​​​​​​​

KKP saat ini sedang membentuk tim khusus dan mengusulkan anggaran sekitar Rp2 triliun untuk pembangunan produksi garam nasional.

Trenggono menyampaikan pembangunannya akan dikerjakan oleh BUMN pangan.

Dia menuturkan untuk memproduksi garam industri, kadar natrium klorida (NaCl ) garam minimal 97 persen. Sedangkan, NaCl di wilayah NTT itu diyakini melebihi angka tersebut.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) menyatakan pemerintah akan menyetop impor garam untuk konsumsi pada 2025 dan lebih fokus pada peningkatan produksi dalam negeri.

Zulhasmengatakan hal itu mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 126 Tahun 2022 tentang Percepatan Pembangunan Pergaraman Nasional.

post-cover

Garam Sabu Raijua, atau yang disebut juga garam premium, adalah garam yang diproduksi di Kabupaten Sabu Raijua, NTT dengan kadar NaCl mendekati 100 persen. Daerah ini dipilih karena memiliki musim kemarau yang panjang, sekitar tujuh bulan, dan iklim yang mirip dengan Australia, negara produsen garam terbesar keenam di dunia.

Garam Sabu Raijua dihasilkan dengan teknologi full geomembran, sehingga memiliki kualitas terbaik di Indonesia dan dapat digunakan untuk berbagai industri, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Berikut beberapa poin penting mengenai garam Sabu Raijua:

Kualitas Tinggi:
Garam Sabu Raijua dikenal karena kualitasnya yang tinggi, dengan kadar NaCl yang mencapai hampir 100 persen.

Teknologi Pembuatan:
Garam diproduksi dengan teknologi full geomembran, yang memastikan kualitas garam yang optimal.

Potensi Produksi:
Kabupaten Sabu Raijua memiliki potensi besar dalam memproduksi garam, terutama dengan musim kemarau yang panjang dan iklim yang mendukung.

Mendukung Swasembada Garam:
Garam Sabu Raijua diharapkan dapat mendukung swasembada garam nasional dan memenuhi kebutuhan industri dalam dan luar negeri.

Peluang Ekonomi:
Produksi garam di Sabu Raijua juga memiliki potensi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan.

 

Komentar