Di tengah kerugian yang selama ini terus-menerus membelit Garuda Indonesia, beredar video Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada kabinet era Presiden Soeharto, Tanri Abeng, yang berisi upaya penyelamatan maskapai penerbangan nasional itu. Sejak zaman Soeharto, kinerja Garuda tergolong buruk. Oleh Tanri Abeng dilakukan perbaikan dengan cara mengganti tujuh direksi Garuda ketika itu.
Tanri Abeng menceritakan pengalamannya saat itu melalui unggahan video di media sosial X (Twitter) akun @B4n6_H4n5, dikutip Inilah.com di Jakarta, Sabtu (31/5/2025).
Dalam video tersebut, Tanri Abeng yang wafat pada 23 Juni 2024, mengungkapkan sewaktu minum teh bersama Presiden Soeharto, dirinya diminta untuk melakukan apa demi menyelamatkan Garuda.
“Pak Harto mengatakan begini kepada saya ‘saudara Menteri lakukan langkah-langkah apa saja untuk menyelamatkan Garuda’, langkah yang harus saya ambil, saya harus ganti dirutnya. Itu ajudan Pak Harto semua,” kata Tanri Abeng.
Tanri Abeng melanjutkan, saat itu Soeharto menginginkan agar dirinya dapat menyelamatkan Garuda. Dia pun diberikan kewenangan untuk mencari solusi dari setiap permasalahan. Kemudian dia mengatakan jika sebuah organisasi bermasalah, maka yang harus dilihat adalah bagaimana kepemimpinan dari seorang dirutnya.
“Saya bilang Bapak Presiden, saya sudah punya solusi pertama untuk Garuda. Wah dia senang banget,” katanya.
Adapun saat ingin menyampaikan solusi tersebut, Tanri Abeng sempat ragu dan takut Soeharto marah. Orang-orang terdekatnya bahkan menahan Tanri Abeng agar tidak membuat presiden kedua RI itu marah.
“Saya berspekulasi Pak Harto marah kalau marah bagaimana apa dia bilang eh kau keluar saja bisa jadi ya, kalau teman-teman mengatakan kepada saya jangan bikin marah Pak Harto terus mungkin juga dengan sopan dia mengatakan ya ganti direksi tapi dirutnya pertahankan,” ujar Tanri Abeng menjelaskan.
“Kalau itu kan tidak memenuhi kriteria saya, tapi Pak Harto sambil dia duduk begini dia duduk tertawa ‘kenapa dirutnya saja diganti, ganti saja semua direksi. Di situ mafia sudah tujuh tahun’ dan itu betul Garuda rugi tujuh tahun,” tambah dia.
Kemudian, atas perintah dari Soeharto, Tanri Abeng langsung beranjak dari kantor dan memecat semua direksi Garuda.
“Saya tidak pernah takut apa yang ingin saya minta, apa yang ingin saya katakan saya selalu tanggung jawab terhadap apa yang saya inginkan, katakan i’m responsible ganti saja semua direksi,” tuturnya.
Namun kini yang terbaru, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Garuda Indonesia yang digelar di Auditorium Gedung Garuda, Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, Rabu (28/5/2025) lalu, tidak ada pergantian Direksi. Padahal sebelumnya beredar kabar akan ada perombakan direksi. Secara komposisi, hanya Dirut Garuda Wamilda Tsani yang baru menjabat. Selebihnya, jajaran direktur masih diisi oleh wajah wajah lama.
Dalam RUPS Wamildan Tsani mengatakan, laporan yang disampaikan dalam RUPST merepresentasikan penguatan fundamental kinerja usaha berkelanjutan.
Selain itu, RUPST Garuda Indonesia yang dipimpin Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen Garuda Indonesia, Fadjar Prasetyo berjalan kuorum, karena dihadiri atau diwakili 67.892.623.306 lembar saham yang setara 74,22 persen pemegang saham GIAA.
Dalam forum ini, pemegang saham sepakat untuk memperpanjang masa jabatan Prasetio sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko yang berakhir saat RUPST. Sedangkan untuk susunan pengurus perseroan, baik dewan komisaris maupun direksi, tidak mengalami perubahan.