Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu mengklaim posisi fiskal Indonesia masih unggul, meski kondisi global sedang tak menentu.
Dia mengatakan, hal itu tercermin dari turunnya imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tenor 10 tahun sejak awal tahun. Padahal tren di kebanyakan negara berkembang banyak dana asing yang keluar.
“SBN kita itu relatif sangat atraktif sekarang karena terutama kita menunjukkan stabilitas dan kita menunjukkan bagaimana fiskal kita prudent,” ujar Febrio usai acara Economic Update 2025, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Dia menjelaskan di tengah gejolak geopolitik, Indonesia secara year to date (ytd) sudah menerima Rp50 triliun capital inflow ke dalam SBN. Kemudian, di awal tahun 2025 suku bunga acuan telah turun sekitar 40 basis point.
“Nggak banyak negara yang mengalami penurunan yield di tengah kondisi yang sangat tidak pasti seperti sekarang. Biasanya kan yang terjadi dari emerging economy adalah capital outflow, yieldnya naik. Kalau Indonesia terbalik, kita capital inflow, yield-nya turun karena memang banyak ketertarikan untuk membeli SBN kita,” kata dia.
Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, Febrio mengatakan, pemerintah melakukan efisiensi belanja yang memberikan multiplier effect.
“Ada stimulus dalam jangka pendek, lalu kita juga harus dorong nanti belanjanya menuju akhir tahun. Tetap ini dalam konteks APBN-nya akan efisien dan juga resilien dan juga disiplin,” tutur dia.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-rate) di level 5,50 persen, sejalan terjaganya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 di kisaran 2,5 plus-minus 1 persen. Atau di rentang 1,5-3,5 persen.
Keputusan ini juga sejalan dengan kestabilan nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta perlunya untuk tetap turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan BI-Rate guna mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan tetap mempertahankan inflasi sesuai dengan sasarannya dan stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Juni 2025 di Jakarta, Rabu (18/5/2025).
Selain memutuskan BI-rate anteng di level 5,5 persen, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 4,75 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,25 persen.