Presiden RI Prabowo Subianto mengungkap alasannya lebih memilih hadir dalam St Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia pada Jumat (20/6/2025) dibanding menghadiri forum KTT G7.
“Mengapa saya tidak mengikuti pertemuan G7 mengapa saya lebih memilih forum ini,” kata Prabowo ketika berbicara di SPIEF 2025 yang berlangsung di Rusia, Jumat (20/6/2025).
Akan tetapi, Prabowo menegaskan masih menghormati forum KTT G7 yang berlangsung di Kanada tersebut. Ia pun menyatakan undangan SPIEF 2025 lebih dulu ia terima sebelum undangan KTT G7.
“Karena bukan karena saya tidak hormat terhadap G7, tetapi karena saya lebih suka forum ini, dan saya mendapatkan undangan untuk menghadiri forum ini, sebelum undangan untuk menghadiri pertemuan G7,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Prabowo juga menekankan Indonesia merupakan negara non-blok. Ia mengungkap Indonesia selalu membuka peluang untuk bersahabat dengan berbagai negara.
“Indonesia memilih jalur non-blok dan ingin menjadi teman bagi semua negara, ‘Seribu teman, masih kurang. Satu musuh sudah terlalu banyak,” ujarnya.
Asal tahu saja di SPIEF 2025 Prabowo menjadi tamu kehormatan dan mendapat giliran berbicara setelah Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia pun sempat mengaku grogi saat mengawali pidato.
“Saya Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia yang baru saja dilantik pada tanggal 20 Oktober 2024 dan ini adalah forum internasional pertama saya, jadi saya minta maaf jika saya sedikit gugup,” kata Prabowo mengawali pidatonya.
Prabowo mengaku merasa terhormat telah diundang ke acara sekaliber SPIEF 2025 ini. Apalagi, dirinya diberi kesempatan untuk menjadi pembicara setelah Putin menyampaikan pidatonya.
“Saya merasa terhormat diundang dan berbicara di forum ini, Forum Ekonomi Internasional Saint Petersburg 2025,” ucapnya.
Prabowo mengatakan SPIEF 2025 merupakan forum yang mempertemukan para pemimpin dari berbagai belahan dunia. Indonesia memandang pertemuan puncak ini sebagai kesempatan untuk membangun kepercayaan dan peluang untuk mencapai kesepakatan dalam situasi geopolitik yang semakin rumit. “Kesepakatan yang dapat menunjang kelangsungan hidup dan kesuksesan bersama kita,” ujarnya.