Indeks saham utama Jepang anjlok pada Senin (23/6/2025), turun lebih dari 300 poin pada satu tahap di awal perdagangan Tokyo.
Hal itu dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik setelah AS melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.
Indeks saham acuan Nikkei, Nikkei Stock Average yang terdiri dari 225 saham, turun hingga menyentuh angka di atas 38.000 pada perdagangan pagi hari sebelum aksi beli saat harga turun (dip buying) terjadi untuk memperkecil penurunan.
Eskalasi ketegangan di Timur Tengah telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor mengenai potensi gangguan pada suplai minyak global, yang mendorong harga minyak mentah berjangka di New York melonjak lebih dari 4 persen.
Melonjaknya harga minyak telah menimbulkan kekhawatiran perihal pendapatan perusahaan di Jepang, terutama di sektor-sektor yang sensitif terhadap energi.
Saham-saham yang berhubungan dengan semikonduktor, yang telah mendorong kenaikan indeks sebesar 1,5 persen pada pekan sebelumnya, menghadapi tekanan profit-taking yang kuat.
Sementara itu, saham-saham yang berkaitan dengan pertahanan menguat di tengah gejolak regional.
Pasar Saham Singapura Juga Anjlok
Sementara itu, pasar saham Singapura dibuka melemah pada Senin, dengan Straits Times Index (STI) turun 0,9 persen atau 35,64 poin menjadi 3.847,79, seiring melonjaknya harga minyak menyusul serangan udara AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu.
Beberapa saham yang berkaitan dengan energi di Bursa Efek Singapura (Singapore Exchange/SGX) menguat pada awal perdagangan, termasuk Rex International yang naik 4,55 persen dan RH PetroGas yang menguat 5 persen, mengikuti lonjakan harga minyak mentah global.
Harga minyak melonjak pada awal perdagangan pada Senin, dengan harga acuan untuk Brent dan WTI (West Texas Intermediate) dari AS naik lebih dari 4 persen. Harga minyak mentah sebenarnya sudah mulai naik pekan lalu setelah Israel melancarkan serangan udara ke sejumlah target di Iran.
Pada Sabtu (21/6/2025), Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa AS telah melakukan serangan terhadap tiga situs nuklir Iran.
Langkah tersebut secara luas dipandang sebagai intervensi langsung untuk mendukung upaya Israel dalam menghancurkan program nuklir Iran, menandai eskalasi signifikan di Timur Tengah dan memicu kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas.