BUMN Diminta Siap Siaga jika Gejolak Iran-Israel Berlanjut, Potensi Dampaknya Mengerikan

BUMN Diminta Siap Siaga jika Gejolak Iran-Israel Berlanjut, Potensi Dampaknya Mengerikan


Anggota Komisi VI DPR RI Mulyadi menekankan pentingnya kesiapsiagaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menghadapi dampak situasi geopolitik global. Dia mengingatkan agar BUMN tidak terjebak pada kerja seremonial, tetapi harus menunjukkan kinerja konkret yang adaptif terhadap tekanan eksternal yang semakin kompleks.

“Ini pesan untuk seluruh BUMN, bahwa dengan situasi geopolitik yang sangat dinamis hari ini, termasuk pertumbuhan ekonomi yang mungkin juga akan terkoreksi, inilah saatnya kerja-kerja dari setiap BUMN betul-betul berorientasi untuk pengamanan dan perkembangan,” ujar Mulyadi kepada wartawan, Jakarta, Rabu (25/6/2025).  

Menurutnya, eskalasi konflik di Timur Tengah,bukan sekadar isu politik luar negeri, tetapi ancaman bagi kestabilan ekonomi nasional, khususnya dari sisi fiskal dan kinerja BUMN. Dia juga menekankan negara sebagai pemegang saham mayoritas harus memastikan arah dan strategi BUMN tetap selaras dengan kepentingan nasional.

“Kepentingan pemegang saham dalam hal ini negara betul-betul harus terjaga. Jangan sampai kemudian kontribusi fiskal terhadap kekuatan fiskal negara bisa terganggu,” kata dia.

Mulyadi menggarisbawahi, bahwa dewan direksi dan komisaris BUMN tidak cukup hanya menjalankan tugas secara administratif atau simbolis. Dia menuntut adanya improvisasi dan kreativitas dari para pimpinan perusahaan negara dalam menjaga stabilitas dan produktivitas di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian.

“Karena sekali lagi, situasi global yang hari ini sangat mengkhawatirkan itu akan sangat terpengaruh kepada kinerja-kinerja setiap BUMN kita,” jelasnya.

Senada, anggota Komisi VI Darmadi Durianto memperingatkan jika konflik ini terus berlanjut, imbasnya bisa merambat luas ke sektor ekonomi nasional, termasuk kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Kalau perang ini berlanjut, tentu BUMN akan sangat terdampak. Harga komoditas akan melonjak, biaya impor naik drastis, dan ekspor bisa terganggu. Ujungnya, banyak perusahaan bisa kolaps, terutama dari sektor UMKM dan korporasi yang tidak tahan terhadap tekanan ekonomi global,” ujat Darmadi kepada wartawan, Jakarta, Selasa (24/6/2025).

Dia menjelaskan bahwa potensi krisis ini bukan hanya berdampak pada sektor riil, tetapi juga akan mengguncang stabilitas sistem keuangan, terutama perbankan BUMN atau Himbara. Menurutnya, kredit macet (Non-Performing Loan/NPL) diprediksi akan meningkat tajam jika situasi tidak segera dimitigasi.

“Bank-bank Himbara akan terdampak. NPL akan naik, cost of fund pun ikut terdongkrak. Ini akan merusak kinerja bank dan berdampak sistemik ke sektor keuangan,” katanya.

Di sisi lain, tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan pasar saham yang mulai terasa akibat ketidakpastian global hingga berdampak juga terhadap lonjakan harga minyak. Kata dia, skenario terburuk harga minyak dunia diproyeksikan bisa menembus USD 140 per barel.

Memang Iran-Israel sudah umumkan gencatan senjata, tetapi Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin mengingatkan semua harus tetap waspada.

“Belum (situasi belum aman). Nanti kita lihat perkembangannya. Kalau kelanjutan itu (perang lagi), misalnya Selat Hormuz ditutup, maka lalu lintas BBM itu akan terhambat. Dan Indonesia pasti kena dampaknya,” kata dia di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (25/6/2025).

Dia berharap, “mudah-mudahan gencatan senjata diikuti dengan perundingan-perundingan, yang kemudian membuat sebuah perdamaian yang abadi. Dan tentu perdamaian dengan solusi terbaik untuk semua negara.”

Sebelumnya, Iran mengumumkan perang selama 12 hari dengan Israel telah berakhir. Iran mencatat ratusan orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka dalam serangan Israel selama 12 hari. Dilansir Aljazeera, Rabu (25/5/2025), setidaknya 610 warga Iran tewas dan 4.746 lainnya luka-luka akibat serangan Israel selama 12 hari, menurut angka terbaru dari Kementerian Kesehatan.

Juru bicara Hossein Kermanpour mengatakan 971 orang masih dirawat di rumah sakit, sementara 687 orang menjalani operasi. Tiga belas anak-anak termasuk di antara mereka yang tewas, dengan yang termuda berusia 2 bulan, begitu pula 49 wanita, termasuk 2 yang sedang hamil.

Ia menambahkan 5 petugas kesehatan tewas dan 20 lainnya luka-luka. Tujuh rumah sakit rusak, demikian pula 6 pangkalan tanggap darurat, 4 klinik, dan 9 ambulans. Presiden Iran Masoud Pezeshkian telah mengumumkan berakhirnya perang 12 hari dengan Israel.

Komentar