Direktur Keberlanjutan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Kimron Manik menegaskan komitmen pemerintah dalam mengimplementasikan infrastruktur hijau, lewat inovasi sektor baja.
Dia bilang, infrastruktur masa depan harus lebih cerdas, lebih hijau, dan dibangun bersama. Termasuk mendorong industri baja nasional menciptakan produk konstruksi yang ramah lingkungan.
“Kementerian Pekerjaan Umum mendorong penggunaan material konstruksi yang ramah lingkungan sejak tahap desain hingga operasional. Baja memegang peranan penting dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan adaptif,” kata Kimron, Jakarta, Kamis (26/6/2025).
Direktur Logam, Ditjen Ilmate, Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Dodiet Prasetyo mengapresiasi PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), salah satu produsen baja nasional yang mampu memproduksi material konstruksi tangguh yang selaras dengan tren keberlanjutan global.
“Inisiatif pengembangan produk baja yang efisien energi dan ramah lingkungan merupakan langkah penting dalam memperkuat daya saing industri nasional di tengah transisi global menuju ekonomi hijau,” bebernya.
Sementara Presiden Direktur GRP, Fedaus mengatakan, kehadiran Fortise dan Fortise Plus memperluas kontribusi industri baja nasional dalam memenuhi kebutuhan sektor strategis, sekaligus mendukung pencapaian target jangka panjang Indonesia, menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.
“Peluncuran kedua produk unggulan kami, merupakan bagian dari komitmen untuk terus berinovasi, terutama dalam menghadirkan pilihan material baja yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kebutuhan pasar,” ujar Fedaus.
Saat ini kata dia, GRP mampu menciptakan dua produk baja ramah lingkungan. Inovasi ini menjawab kebutuhan pasar yang semakin beragam. Mulai dari efisiensi biaya, ketahanan material, hingga aspek lingkungan. Dibuat menggunakan teknologi Electric Arc Furnace (EAF) dan material baja scrap, GRP berupaya menghadirkan solusi yang relevan di tengah perubahan ekspektasi industri konstruksi dan manufaktur, baik di dalam maupun luar negeri.
“Kami percaya, inovasi perlu berjalan seiring dengan tantangan, dan kemajuan industri nasional hanya dapat tercapai melalui kolaborasi lintas sektor dan keberanian untuk mencoba pendekatan baru,” lanjut Fedaus.
Kepala Center for Materials Processing and Failure Analysis Fakultas Teknik Universitas Indonesia (CMPFA-FTUI), Reza Miftahul Ulum mengatakan, kolaborasi GRP dengan FTUI, merupakan langkah penting dalam menyatukan kapasitas riset akademik dengan kebutuhan nyata industri.
“Kami berharap kerja sama ini dapat mendorong terbentuknya ekosistem inovasi yang mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan di sektor baja dan membuka ruang partisipasi lebih luas bagi talenta muda Indonesia,” pungkas Reza.