Kawasan Oseania, yang di dalamnya termasuk negara-negara maju seperti Australia dan Selandia Baru, ternyata memegang rekor sebagai wilayah dengan prevalensi penggunaan kokain atau narkoba tertinggi di dunia.
Ini adalah temuan mengejutkan dari laporan World Drug Report terbaru yang dirilis pada Kamis (27/6/2025) oleh Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC).
Mungkin ini terdengar kontradiktif, sebab total konsumsi kokain secara volume masih paling tinggi di benua Amerika. Namun, UNODC menggarisbawahi bahwa yang dimaksud di sini adalah tingkat prevalensi tahunan, yaitu persentase populasi yang menggunakan narkoba. Dan di situlah Oseania, dengan segala keindahan alam dan kemajuannya, justru menjadi yang teratas.
Seperti dilansir Anadolu Agency, Benua Amerika menempati peringkat kedua dalam daftar prevalensi penggunaan kokain tertinggi di dunia, disusul oleh Eropa Barat dan Tengah. Sebuah gambaran bahwa masalah narkoba ini memang bukan lagi hanya milik negara-negara ‘dunia ketiga’ atau kawasan-kawasan terpencil.
Yang menarik, laporan tersebut juga mencatat bahwa penggunaan kokain di kalangan remaja usia 15-16 tahun di Oseania justru lebih rendah dibandingkan populasi umum. Ini mungkin mengindikasikan bahwa masalah ini lebih banyak terjadi pada kelompok usia dewasa atau produktif.
Bukan Cuma Kokain, Ekstasi dan Ganja Juga Menggila!
Tapi bukan hanya kokain yang menjadi ‘primadona’ gelap di Oseania. Australia dan Selandia Baru juga menduduki peringkat teratas dalam penggunaan ekstasi secara global. Seolah-olah mereka ingin menyapu bersih semua kategori puncak dalam daftar hitam narkoba ini. Sementara itu, penggunaan ganja, barang haram yang paling ‘populer’, masih sangat meluas di seluruh dunia.
UNODC menemukan bahwa penggunaan ganja paling banyak terjadi di Amerika Utara, diikuti oleh Oseania, serta Afrika Barat dan Tengah. Artinya, meskipun Oseania juara dalam kokain dan ekstasi, ganja tetap punya basis pengguna yang besar di sana.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa proporsi orang yang menjalani perawatan terkait penggunaan ganja juga tertinggi di Oseania dan Afrika dibandingkan wilayah lain. Ini menunjukkan bahwa dampak kesehatan dan sosial dari penyalahgunaan ganja di kedua kawasan ini sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan.
Badan PBB tersebut memperingatkan bahwa peningkatan konsumsi narkoba di beberapa wilayah ini, ditambah dengan jaringan perdagangan dan produksi yang terus berkembang, berpotensi memicu risiko kesehatan dan keamanan global yang
Sebuah sinyal bahaya yang harus direspons cepat oleh pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia, agar tidak ikut terseret dalam pusaran gelap ini. Sebab, masalah narkoba, seperti api, bisa merembet dan membakar siapa saja.