“Kejarlah ilmu sampai ke negeri China”. Peribahasa itu sering muncul untuk memotivasi orang-orang agar terus belajar. Namun, di era saat ini belajar di lembaga pendidikan menjadi salah satu barang ‘mewah’.
Wajar saja, karena lembaga pendidikan berlomba-lomba menyediakan sejumlah fasilitas hingga menerapkan sistem pembelajaran modern. Hal itu membuat ongkos pendidikan menjadi mahal karena dibungkus label kualitas yang ujung-ujungnya hanya soal duit.
Di tengah mahalnya ongkos pendidikan itu, masyarakat miskin justru malah menjadi korban. Mereka akhirnya harus memupus mimpi anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan formal karena tak punya biaya. Meskipun pemerintah sebenarnya sudah menggratiskan sekolah-sekolah negeri mulai dari SD hingga SMA.
Namun lagi-lagi banyak masyarakat mampu justru ‘berebut’ kursi sekolah negeri.
Beruntung bagi Raihan Affandi, bocah asal Duren Sawit, Jakarta Timur (Jaktim), bisa tersenyum karena tak lagi berebut ‘jatah’ dengan anak-anak orang mampu. Dia kini mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Rakyat.
Raihan mengaku pernah hampir putus sekolah saat duduk di kelas 6 SD. Namun dia akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan dan mendapat kesempatan masuk ke Sekolah Rakyat.
Awalnya, Raihan mengaku tak menyangka bisa mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan. Wajar saja, karena Raihan berasal dari keluarga kurang mampu. Ibunya hanya bekerja sebagai petugas lepas juru pemantau jentik (Jumantik) dan nyambi sebagai penjual es. Sedangkan sang ayah bekerja serabutan.
“Ibu saya, memberitahu saya ada telpon dari program sekolah rakyat ini dan saya terpilih untuk mengikuti program ini,” kata Raihan saat ditemui inilah.com.
Mendengar kesempatan itu, Raihan tak pikir panjang dan menerima untuk bersekolah di Sekolah Rakyat. Karena dia berpikir, ini merupakan kesempatan emas agar bisa menimba ilmu demi mengejar cita-citanya.
Meski tak memasang cita-cita tinggi, siswa kelas 7A Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 6 Sentra Handayan ini punya keinginan kuat untuk mengubah status keluarga dan keluar dari kemiskinan. “Cita-cita saya ingin jadi pengusaha,” katanya sambil tersenyum kecil.
Pemilihan siswa di Sekolah Rakyat ternyata tidak begitu ribet dan ketat, karena mereka sudah dipilih oleh pemerintah berdasarkan data yang ada. Sehingga setelah dipilih, calon siswa tidak mengikuti tes lagi untuk diterima menjadi calon siswa.
Raihan mengaku sempat terkejut dengan fasilitas di Sekolah Rakyat, karena apa yang ada di sekolah barunya ini tidak ada di tempat sebelumnya.
Dia mencontohkan seperti fasilitas pendukung belajar seperti laptop sudah disediakan dari pemerintah. Segala fasilitas ini disediakan pemerintah guna menunjang kegiatan belajar bersistem asrama.
“Banyak fasilitas yang disediakan di sini. Seperti laptop, kasur, toilet, dan juga ada TV bear (digital board) di setiap kelasnya,” imbuhnya.
Tak hanya Raihan yang merasa mendapat keberuntungan, Haidan Ali, siswa kelas 7A Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 6 Sentra Handayani juga mengaku bersyukur bisa melanjutkan kembali pendidikannya.

Dia mengaku masih ingin mengejar cita-citanya menjadi seorang tentara jika lulus dari sekolah rakyat. Anak dari seorang ibu rumah tangga dan ayah penyapu jalan ini kini menjadi bagian dari 75 siswa yang mengikuti program pendidikan gratis.
“Bahagia,” jawab Haidan singkat ketika ditanya Inilah.com, soal perasaannya selama dua hari mengikuti kegiatan di Sekolah Rakyat, Senin (1/7/2025).
Meski harus menjalani kebiasaan baru, hidup di asrama dengan pola yang lebih disiplin, Haidan tidak merasa tertekan maupun terkekang.
“Enggak sih, aku senang malah bertemu banyak teman,” ujar Haidan yang tampak memiliki kepribadian tertutup itu.
Haidan sebelumnya menempuh pendidikan di SDN Kampung 06 Pagi. Dia melanjutkan langsung ke Sekolah Rakyat setelah lulus tanpa sempat putus sekolah. Kesempatan ini datang berkat ibunya yang mendaftarkannya ke program tersebut. “Aku mau jadi tentara,” ujarnya.
Sekolah Rakyat merupakan salah satu program unggulan pemerintah yang menyasar anak-anak dari keluarga miskin ekstrem agar mendapatkan akses pendidikan berkualitas.
Di sekolah ini, para siswa tak hanya dibekali ilmu akademik, tetapi juga pembentukan karakter, kedisiplinan, serta dukungan gizi harian.
Kemiskinan Mengalahkan Rasa Takut
Meski membantu, keberadaan Sekolah Rakyat ini juga menjadi momok bagi para calon orang tua murid. Hal ini wajar karena pendidikan di Sekolah Rakyat menerapkan Sistem Boarding School atau sekolah berasrama.
Ketakutan pertama para orang tua adalah soal lingkungan dan pengajar. Maklum saat ini banyak pemberitaan soal insiden-insiden kekerasan di dunia pendidikan khususnya di sekolah berasrama.
Sandra, orang tua siswa SRMP 6 Sentra Handayani sempat mengungkapkan kekhawatirannya saat sang anak mendapatkan tawaran bersekolah gratis. Namun kekhawatiran dan ketakutan itu, luntur dengan kemiskinan yang dihadapinya.
Dengan segala keterbatasan, Ilah panggilan akrab Sandra ingin anaknya tetap melanjutkan sekolah. Selain itu, Ilah juga bersyukur Sekolah Rakyat ini bisa mewujudkan keinginan anaknya, karena sebelumnya anak pertamanya harus putus sekolah karena ketidakmampuannya.
“Saya hampir nangis, takut nanti kayak kakaknya. Anak pertama kan pernah sekolah satu tahun, makanya saya enggak mau Anjas ini kaya kakaknya, enggak sekolah,” katanya kepada inilah.com.
Illah bercerita kondisinya ekonominya yang jauh dari standar. Bisa dibilang, keluarga Ilah ini masuk dalam kategori miskin ekstrem.
Demi memenuhi kebutuhan, Ilah bekerja sebagai pengasuh orang lanjut usia (lansia) dan sang suami berjualan air mineral. Meski keduanya bekerja, Ilah bercerita penghasilannya tetap tidak mencukupi kebutuhan keluarganya.
Bahkan Ilah dan keluarga harus rela tinggal di kontrakan petak seharga Rp250 ribu per bulan agar bisa tetap memenuhi seluruh kebutuhan.
“Jadi selalu pas-pasan buat kebutuhan sehari-hari. Sepatu anak aja enggak ada, makanya saya paksa lagi kerja ngurusin nenek-nenek,” kisahnya.
Dengan segala kekurangan itu, Ilah bersyukur anaknya bisa menjadi bagian dari Sekolah Rakyat. Meski masih terdengar asing, namun Ilah tetap berharap sang anak bisa mengejar mimpinya dengan mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat.
“Ya alhamdulillah saya doanya mudah-mudahan bagus (sekolah rakyat). Buat anak-anak juga jadi anak sukses di sini, mungkin rezeki Anjas anak saya juga ada di sini,” harapnya penuh doa. [Ajat/Harris Muda]
***