Matsama Bukan Ajang Balas Dendam Senior, Ini Imbauan Keras Kemenag

Matsama Bukan Ajang Balas Dendam Senior, Ini Imbauan Keras Kemenag

Ibnu Medium.jpeg

Rabu, 16 Juli 2025 – 03:30 WIB

Menag bersama siswa siswi MAN 4, Senin (14/7/2025). (Foto: Kemenag)

Menag bersama siswa siswi MAN 4, Senin (14/7/2025). (Foto: Kemenag)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Kementerian Agama (Kemenag) meminta agar pelaksanaan Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (Matsama) dilakukan secara mendidik dan bermakna, serta bebas dari praktik perundungan atau perpeloncoan. Matsama harus menjadi momen awal pembentukan karakter siswa madrasah secara utuh sejak hari pertama.

Hal itu disampaikan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kemenag, Thobib Al Asyhar, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (15/7/2025).

“Matsama bukan sekadar rutinitas tahunan atau urusan administrasi. Ini adalah kesempatan emas membangun kedekatan, menanamkan nilai dasar seperti disiplin, akhlak, dan semangat belajar,” ujar Thobib.

Guru Adalah Wajah Pertama Dunia Madrasah

Thobib menekankan bahwa guru madrasah bukan sekadar pengajar, tetapi juga pendidik dan teladan akhlak. Sebab itu, Matsama harus menjadi ruang yang mengedepankan pembentukan karakter, solidaritas, dan nilai-nilai Islam moderat sejak hari pertama siswa baru masuk lingkungan madrasah.

“Saya mengingatkan agar Matsama tidak dijadikan ajang perpeloncoan atau praktik yang tidak mendidik. Sebaliknya, jadikan ia ruang pembinaan karakter dan nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin,” tegas Thobib, yang juga dosen Pascasarjana Universitas Indonesia.

Ia juga menambahkan bahwa wajah pendidikan madrasah sangat ditentukan oleh kualitas interaksi guru dengan siswa.

“Guru adalah wajah pertama yang dilihat siswa saat memasuki dunia madrasah. Sambutlah mereka dengan senyum, semangat, dan penguatan nilai,” pesannya.

Bangun Budaya Kerja dan Kolaborasi Sejak Awal Tahun

Thobib mendorong para guru dan tenaga kependidikan untuk memanfaatkan awal tahun pelajaran sebagai momentum penyegaran semangat profesionalisme dan budaya kerja kolaboratif.

“Madrasah unggul hanya lahir dari lingkungan kerja yang sehat dan saling mendukung. Ini saatnya memulai langkah besar menuju madrasah yang berdaya saing global namun tetap membumi dalam nilai keislaman dan kebangsaan,” pungkasnya.

Topik
Komentar

Komentar