Pemerintah Palestina di Jalur Gaza melontarkan tudingan serius terhadap Israel. Mereka menyatakan bahwa sebagian besar dari 36 truk bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk pada Jumat (1/8/2025) telah dijarah.
Penjarahan ini, menurut Pemerintah Gaza, terjadi di tengah situasi keamanan yang sengaja dikacaukan oleh militer Israel.
Kantor Media Pemerintah Gaza menuduh Israel menjalankan ‘kebijakan kekacauan dan kelaparan’ di wilayah tersebut. Mereka mengatakan penjarahan truk bantuan ini merupakan bagian dari ‘rencana penghancuran sistematis’ yang bertujuan membuat warga Gaza kelaparan.
Tudingan ini menggarisbawahi kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza.
Pekan lalu, Program Pangan Dunia PBB (WFP) telah memperingatkan bahwa sepertiga penduduk Gaza tidak mendapat makanan selama beberapa hari berturut-turut. Kondisi ini adalah dampak langsung dari blokade ketat yang diberlakukan Israel.
WFP memperkirakan satu dari empat warga Palestina di Gaza menghadapi kondisi mirip kelaparan, dengan sekitar 100 ribu perempuan dan anak-anak mengalami malnutrisi akut. Angka-angka ini menunjukkan skala krisis pangan yang sudah mencapai taraf mengkhawatirkan.
Israel telah ‘mengurung’ Gaza selama 18 tahun, sebuah kebijakan yang sangat membatasi pergerakan orang dan barang. Sejak 2 Maret lalu, seluruh perbatasan Jalur Gaza ditutup, secara efektif memblokir masuknya bantuan kemanusiaan.
Kebijakan ini memperburuk kondisi yang sudah sangat kritis di wilayah padat penduduk tersebut, membuat jutaan warga bergantung pada bantuan dari luar.
Pejabat Palestina mengatakan, setidaknya 600 truk bantuan diperlukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dasar 2,4 juta jiwa penduduk Gaza. Angka ini jauh di atas jumlah bantuan yang saat ini berhasil masuk. Kesenjangan antara kebutuhan dan pasokan bantuan semakin memperparah krisis kemanusiaan.
Sejak 7 Oktober 2023, militer Israel melancarkan perang di Gaza sebagai respons atas serangan Hamas. Operasi militer ini telah menewaskan lebih dari 60.300 warga Palestina, mayoritas adalah warga sipil, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Serangan tanpa henti ini tidak hanya menghancurkan infrastruktur dan permukiman, tetapi juga menyebabkan krisis pangan yang semakin parah, mengancam kehidupan jutaan orang yang terjebak di wilayah kantong tersebut.