Baru-baru ini terjadi insiden penyiraman air keras oleh sejumlah pelajar, penyebabnya karena bosan tak dapat lawan untuk tawuran. Sekretaris Komisi E DPRD Jakarta, Justin Adrian Untayana mendorong pemprov untuk pertimbangkan pemberian sanksi bagi orang tua yang lalai awasi anaknya.
“Saya kira sudah waktunya menerapkan sanksi kepada orang tua yang abai. Kemarin di Pondok Kelapa, dini hari, anak di bawah umur menyiram air keras ke temannya. Ini butuh pengawasan ketat dari keluarga,” ujarnya di Jakarta, dikutip Selasa (5/8/2025).
Usulan ini digulirkan karena upaya pemprov melalui hukuman pencabutan Kartu Jakarta Pintar (KJP) rupanya tak bikin para remaja ini jera.
“Untuk siswa-siswa, pencabutan KJP sudah tidak efektif. Mereka mati saja tidak takut. Orang tua harus memikul tanggung jawab lebih besar terhadap anak-anaknya,” ucap Justin.
Segala upaya pemprov atasi tawuran, mulai dari pembentukan satgas khusus hingga pendekatan agama layak diapresiasi. Akan tetapi, itu saja tidak cukup. Justin menilai, tawuran bukan sekadar persoalan moral.
Setidaknya ada tiga faktor utama yang mendorong aksi tawuran di kalangan remaja. Selain karena tradisi atau kebiasaan, kini muncul motif baru seperti konten media sosial. Di era digital, kekerasan bahkan menjadi komoditas tontonan demi eksistensi daring.
Faktor ekonomi, kata dia, tak kalah penting. Justin menyampaikan berbagai temuan di lapangan menunjukkan bahwa tekanan sosial dan kondisi hunian menjadi pemicu laten. Ia mencontohkan seorang remaja yang terlibat tawuran dini hari karena tak bisa beristirahat di rumahnya yang sempit dan penuh sesak.
“Ini sandwich generation. Satu rumah sempit diisi banyak orang, tidur pun harus bergiliran. Ini masalah populasi, perumahan, dan tidak adanya kebijakan kontrapopulasi yang jelas,” tegas dia.
Diketahui, sejumlah pelajar yang sedang berkeliling mencari lawan untuk tawuran, nekat menyiram air keras kepada siswa SMK berinisial AP (17) di kawasan Koja, Jakarta Utara, hanya karena tidak menemukan lawan.
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Erick Frendriz, mengatakan peristiwa penyiraman air keras itu terjadi pada Jumat (1/8/2025) lalu.
“Sebelum terjadi penyiraman, kelompok dari SMK di Koja ini, sengaja berkeliling sekitar 10 orang untuk mencari lawan untuk melakukan tawuran,” kata Erick, Senin (4/8/2025).
Para pelaku yang tidak menemukan lawan tawuran itu tiba-tiba berpapasan dengan korban yang sedang melintas di lokasi kejadian. Pada saat itu, korban yang tidak mengenal para pelaku malah tiba-tiba disiram air keras.
Korban yang terluka itu kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis. Ia pun masih menjalani perawatan akibat luka yang dideritanya.
“Karena tidak ketemu lawan, mereka papasan dengan korban yang sedang berbonceng tiga saat itu. Spontan, pelaku ini mepet kendaraan korban, kemudian terjatuh, dan si pelaku menyiramkan air keras sehingga korban sampai saat ini masih dirawat di RSCM,” jelasnya.
Pihak kepolisian setelah menerima laporan terkait peristiwa tersebut langsung bergerak cepat melakukan penyelidikan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, para pelaku diduga memang sengaja membeli air keras untuk melakukan tawuran.
“Mereka sengaja keliling pulang sekolah, kemudian ketemu yang disangka lawan dan langsung melakukan penyiraman,” lanjut Erick.
Saat ini, sebanyak empat orang terduga pelaku penyiraman air keras itu sudah berhasil diamankan untuk menjalani pemeriksaan secara intensif akibat perbuatannya.