Startup Suka Manipulatif ke Investor saat Dompet Kempes, OJK dan Komdigi Perlu Awasi

Startup Suka Manipulatif ke Investor saat Dompet Kempes, OJK dan Komdigi Perlu Awasi


Kasus dugaan manipulasi laporan keuangan perusahaan yang menjerat eks CEO eFishery Gibran Huzaifah, memunculkan spekulasi bahwa praktik seperti ini umum dilakukan para perusahaan startup untuk mendapatkan suntikan dana dari investor.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda tak menampik dugaan itu. Menurutnya, karakteristik startup di Indonesia masih bergantung pada pendanaan, tentu untuk menarik minat investor, perlu cerita soal keberhasilan. Manipulasi laporan keuangan jadi jalan pintas.

“Hal tersebut tidak terlepas dari karakteristik startup di Indonesia, baik digital maupun non digital, yang masih mengandalkan pendanaan. Untuk beroperasi dan berkompetisi saja, startup masih bergantung pada pendanaan investor. Ketika sudah tipis, mereka menjual cerita keberhasilan lagi ke investor lainnya sehingga ada pendanaan kembali. Hingga akhirnya mereka IPO sebagai exit strategy,” ujar Huda kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (7/8/2025).

Huda mengatakan, perusahaan startup seharusnya memanfaatkan peran venture capital ataupun investor untuk melakukan pendekatan investasi yang strategis dan berorientasi pada keberlanjutan bisnis. Bukan model bisnis yang hanya menggantungkan pada pendanaan semata.

Dia berharap dari kasus eFishery para pendiri  startup bisa belajar dalam manajemen keuangan, pengelolaan risiko, dan strategi pertumbuhan jangka panjang.

Agar tak ada lagi startup bernasib seperti eFishery, Huda meminta pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

“Sudah ada OJK dan Komdigi. Keduanya saya rasa bisa menjadi pengawas, pengatur, dan pengampu untuk startup terutama yang digital. Tinggal bagaimana kedua institusi negara tersebut bisa bekerja dengan baik dengan fungsi masing-masing,” jelas dia.

Diketahui, eFishery merupakan perusahaan rintisan di Indonesia yang berdiri 2013, menawarkan solusi teknologi untuk meningkatkan efisiensi budidaya ikan dan udang. Di 2023, eFishery mencapai status unicorn dengan valuasi di atas USD1 miliar (Rp16,2 triliun). Di tengah kesuksesannya, terendus dugaan manipulasi oleh dewan direksi pada Desember 2024.

Dewan direksi kemudian menugaskan FTI Consulting untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Proses investigasi ini melibatkan lebih dari 20 wawancara dengan staf, serta pemeriksaan komunikasi di berbagai platform seperti WhatsApp dan Slack.

Hasil awal menunjukan banyak ketidakkonsistenan dalam akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan rintisan tersebut. Pada tahun 2024 lalu, investigasi yang dilakukan mengungkap bahwa perusahaan ini telah menggelembungkan pendapatan hingga hampir USD600 juta (Rp9,74 triliun).

Manipulasi keuangan ini terjadi selama sembilan bulan terakhir, berakhir pada bulan September 2024 lalu. Penyelidikan menunjukan adanya perbedaan mencolok antara laporan keuangan yang disampaikan kepada investor dengan data sebenarnya.

Secara resmi, laba yang dilaporkan tercatat sebesar USD16 juta (Rp259,9 miliar). Namun analisis internal menunjukan bahwa eFishery sebenarnya mengalami kerugian hingga USD35,4 juta (Rp575 miliar). Selain itu, laporan pendapatan yang diberikan kepada investor juga menunjukan angka jauh lebih tinggi, mencapai USD752 juta (Rp12,2 triliun).

Sementara investigasi mendapati pendapatan eFishery sebenarnya hanya sekitar USD157 juta (Rp2,55 triliun). Manajemen eFishery diduga telah merekayasa laporan keuangan selama beberapa tahun terakhir.

eFishery mengrklaim memiliki lebih dari 400 ribu tempat pakan ikan, namun hasil investigasi menunjukan bahwa terdapat hanya sekitar 24.000 tempat pakan ikan aktif. Sementara itu, data internal menunjukan total kerugian yang dialami eFishery sejak didirikan hingga bulan November 2024 mencapai USD152 juta (Rp2,5 triliun).

Selain itu, total aset perusahaan tercatat mencapai USD220 juta (Rp3,6 triliun), dengan USD63 juta (Rp1,02 triliun) di antaranya merupakan piutang. Hasil investigasi sementara memutuskan untuk memecat Gibran Huzaifah sebagai CEO eFishery.

Komentar