Aktor sekaligus sutradara Baim Wong mengaku prihatin dengan maraknya film horor di Indonesia yang cenderung mengulang konsep serupa.
Menurutnya, tantangan terbesar saat menggarap film horor saat ini ialah menemukan ide cerita yang segar tanpa sekadar menampilkan penampakan atau ritual santet.
“Itu kepercayaan simpel tapi sangat berpengaruh ya sama perfilman Indonesia. Karena terlalu banyak film horor, sampai kita mencari cerita susah banget. Karena itu-itu aja yang akhirnya santet-santet lagi. Bukannya kami tidak suka sama santet, cuman kenapa harus ke situ-situ lagi? Kami bisa kok kreatifnya lebih banyak,” ujar Baim dalam sesi jumpa pers film Sukma yang digarapnya, di Plaza Senayan, Jakarta, Senin (11/8/2025).
Baim mengatakan, Sukma dipilih dari lima ide cerita horor yang sempat ia jajaki. Cerita tersebut terpilih karena memiliki medium horor yang unik, yaitu berupa cermin.
“Akhirnya dapat cerita ini karena medianya itu cermin. Saya itu sebenarnya ada dua hal yang saya suka, pertama pembajakan pesawat kalau ada filmnya pasti saya nonton dan kedua cermin. Enggak tahu kenapa kalau horor, cermin itu menarik,” jelasnya.
Menurut Baim, penggunaan cermin justru menjadi tantangan teknis tersendiri. Pasalnya, ia mendapat informasi dari tim efek visual bahwa CGI (Computer Generated Imagery) sulit dikombinasikan dengan cermin.
“CGI itu musuhnya cermin. Jadi saya tanya, bisa nggak bikin bagus? Kalau bisa, gue buat film ini. Kalau nggak, ya enggak mau. Karena kuncinya adalah CGI,” tegasnya.
Sebagai sutradara film yang digarap oleh rumah produksi Tiger Wong Entertainment, Baim mengaku memiliki gaya khas yang mengutamakan alur cerita tak terduga.
“Saya tipikal director yang suka plot twist. Saya paling benci kalau cerita itu bisa ditebak ending-nya. Untungnya saya pemain, jadi saya tahu scene apa yang sering digunakan orang, blocking apa yang sering digunakan orang. Jadi di Sukma, banyak hal yang nggak lazim ditemui,” tandasnya.
Film Sukma dijanjikan akan menghadirkan ketegangan horor tanpa bergantung pada formula lama, memberikan alternatif baru di tengah kejenuhan pasar terhadap kisah santet dan penampakan.