YouTube Gunakan AI untuk Deteksi Anak yang Menyamar Jadi Dewasa

YouTube Gunakan AI untuk Deteksi Anak yang Menyamar Jadi Dewasa


 YouTube resmi mulai menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi anak-anak yang berpura-pura menjadi pengguna dewasa di platform video mereka. Langkah ini diambil menyusul meningkatnya tekanan global terhadap platform media sosial untuk melindungi anak di bawah umur dari konten sensitif.

Kebijakan baru ini mulai diterapkan di Amerika Serikat, di tengah sorotan tajam terhadap platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok terkait perlindungan terhadap pengguna remaja.

Menurut James Beser, Direktur Manajemen Produk YouTube Youth, teknologi yang digunakan adalah machine learning yang dapat memperkirakan usia pengguna berdasarkan berbagai faktor, termasuk jenis video yang ditonton dan usia akun pengguna.

“Teknologi ini memungkinkan kami menyimpulkan usia pengguna dan mengaktifkan perlindungan sesuai usia, tanpa bergantung pada tanggal lahir yang dicantumkan di akun,” ujar Beser, Jumat (16/8/2025) waktu setempat.

Model estimasi usia ini merupakan penyempurnaan dari sistem yang sebelumnya sudah digunakan YouTube di sejumlah pasar lain dan dinilai efektif.

Verifikasi Identitas untuk Pengguna yang Dicurigai

Jika sistem AI mendeteksi bahwa seorang pengguna kemungkinan masih di bawah umur, YouTube akan mengirimkan pemberitahuan dan memberikan pilihan untuk verifikasi usia menggunakan kartu identitas resmi, swafoto, atau informasi kartu kredit.

Langkah ini menjadi bagian dari strategi YouTube dalam menghadirkan pengalaman pengguna yang sesuai usia, sekaligus melindungi anak-anak dari konten dewasa dan algoritma predator.

Sorotan Global: Australia Akan Larang Anak di Bawah 16 Tahun Akses YouTube

Langkah YouTube ini juga terjadi di tengah tekanan regulasi dari berbagai negara. Australia menjadi negara pertama yang akan menerapkan larangan akses penuh bagi anak di bawah usia 16 tahun ke platform seperti YouTube, Facebook, TikTok, dan Instagram. Kebijakan tersebut akan berlaku mulai 10 Desember 2025.

Menteri Komunikasi Australia, Anika Wells, mengatakan bahwa empat dari sepuluh anak di Australia mengaku pernah melihat konten berbahaya di YouTube, dan menyebut algoritma platform sebagai “ancaman predator”.

Meskipun begitu, YouTube dalam pernyataannya menyebut bahwa platform mereka bukanlah media sosial, melainkan layanan berbagi video dengan perpustakaan konten edukatif berkualitas tinggi, terutama yang banyak ditonton di layar TV.

Namun demikian, UU larangan akses anak ke media sosial di Australia disebut sebagai salah satu yang paling ketat di dunia, dan tengah menjadi perhatian negara-negara lain yang mempertimbangkan regulasi serupa.

Komentar