Anggota DPR RI sekaligus Sekretaris Jenderal Partai Golkar, M. Sarmuji, menanggapi data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat jumlah masyarakat miskin di perkotaan lebih besar dibandingkan di pedesaan.
“Barang kali mungkin ada satu sudut yang tidak terpantau oleh para ekonom. BPS itu kan mengkalkulasi semuanya. Mungkin kita merasakan di lingkungan kita sendiri pertumbuhan ekonominya mungkin nggak seperti itu. Mungkin di lingkungan kita sendiri daya belinya nggak seperti itu,” kata Sarmuji dalam Podcast Jurnalisik Inilah.com bertema Inilah80: Merdeka Dulu, Mandiri Kemudian, dikutip Senin (18/8/2025).
Ia menekankan data BPS mengukur secara menyeluruh, sehingga ada sektor-sektor tertentu yang mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan perkiraan masyarakat.
“Tapi kan BPS itu mengkalkulasi semua sektor. Barangkali ada satu sektor yang tumbuh di luar prediksi kita. Artinya lebih tinggi daripada yang kita bayangkan,” ujarnya.
Sarmuji mencontohkan sektor pertambangan yang dalam beberapa tahun terakhir mencatatkan pertumbuhan signifikan. “Sebut saja misalkan sektor pertambangan. Itu tumbuh sangat tinggi, sektor pertambangan. Investasi sektor pertambangan juga tumbuh sangat tinggi. Barangkali ya, kita nggak tahu ya,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) Budiman Sudjatmiko, menjelaskan penyebab angka kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan pedesaan. Menurutnya, ada dua faktor utama yang memengaruhi kondisi tersebut.
“Pertama, desa itu setelah adanya undang-undang desa yang menjadi payung hukum bagi dana desa, membuat desa memiliki uang cash, uang tunai yang datang setiap tahun, satu miliar kurang lebih ya, setiap tahun ke desa,” kata Budiman dalam Podcast Jurnalisik Inilah.com dikutip Minggu, (17/8/2025).
Ia menambahkan, desa memiliki ketahanan sosial dan budaya yang masih kuat, termasuk semangat gotong royong. Kehadiran dana desa, Budiman menerangkan memperkuat aspek finansial, sehingga ada intervensi negara yang bisa menjadi jaring pengaman.
“Secara sosial kalau ada orang miskin di desa, ditolong tetangganya, secara finansial adanya intervensi negara, membuat desa bisa punya kekuatan secara sosial, kultural, dan secara finansial. Kuat nih di desa nih,” tuturnya.
Lebih lanjut, Budiman pun membandingkan kondisi tersebut dengan masa lalu, ketika angka kemiskinan lebih banyak ditemukan di desa. Namun, keberadaan dana desa dan pengembangan kelembagaan seperti koperasi desa merah putih membuat sistem finansial di desa kini lebih tertata.
Sementara di kota, kondisi berbeda. Budiman menyebut banyak warga kota adalah hasil urbanisasi sehingga tidak memiliki kerabat atau jaringan sosial yang bisa menjadi penopang.
*Saksikan Podcast Jurnalisik Inilah.com selengkapnya di sini