Bencana banjir dan tanah longsor yang dipicu hujan monsun di Pakistan terus menelan korban jiwa. Hingga Senin (18/8/2025), jumlah korban tewas secara nasional melonjak menjadi 670 orang, dengan ratusan lainnya masih dinyatakan hilang.
Situasi paling parah terjadi di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, di mana ratusan orang tewas dan lebih dari 200 orang dilaporkan hilang.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Pakistan (NDMA) Letnan Jenderal Inam Haider, dalam konferensi pers di Islamabad, menyebutkan bahwa sejak 26 Juni, setidaknya 1.000 orang terluka dalam insiden terkait hujan dan banjir di seluruh negeri.
Hingga kini, upaya pembersihan jalan dan pemulihan listrik terus dilakukan dengan mengerahkan tentara dan relawan di distrik-distrik yang terdampak.
Juru bicara pemerintah Khyber Pakhtunkhwa, Faraz Mughal, mengkhawatirkan jumlah korban akan terus bertambah. Ia melaporkan, setidaknya 200 orang hilang, dengan sebagian besar berasal dari Distrik Buner yang paling parah terdampak. Di distrik ini saja, sebanyak 220 kematian telah dikonfirmasi sejak Jumat (15/8/2025).
Hujan deras masih mengguyur Peshawar, ibu kota provinsi, serta distrik tetangga seperti Swabi dan Noshehra. Sementara itu, hujan deras yang merenggut nyawa dua anak perempuan juga terjadi di Distrik Harnai, Provinsi Balochistan.
Tim penyelamat gabungan dari pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) terus berjuang mencapai lokasi-lokasi terpencil. Fazal Maabood, seorang pejabat dari Yayasan Al-Khidmat, salah satu lembaga bantuan terbesar di Pakistan, menggambarkan situasi di Buner sangat “mengerikan”.
“Tidak ada yang tersisa selain tumpukan puing dan batu-batu raksasa yang terbawa banjir. Tim penyelamat dan relawan berupaya keras menemukan orang-orang yang hilang, yang kami yakini terjebak di bawah reruntuhan,” ujar Maabood kepada Anadolu Agency.
Ia menambahkan, sulitnya medan pegunungan dan intensitas hujan menjadi hambatan utama dalam operasi penyelamatan.
Berbagai lembaga bantuan, termasuk NDMA dan Yayasan Al-Khidmat, telah mengirimkan pasokan darurat untuk membantu para penyintas. Namun, skala bencana yang begitu besar membuat kebutuhan akan bantuan terus meningkat.