Manuver Keji Israel: Invasi Gaza di Depan Mata, Perundingan Gencatan Senjata Diabaikan

Manuver Keji Israel: Invasi Gaza di Depan Mata, Perundingan Gencatan Senjata Diabaikan


Di tengah perundingan gencatan senjata yang mestinya membawa harapan, Israel justru menunjukkan wajah aslinya. Tel Aviv tak peduli pada diplomasi, yang mereka inginkan hanya satu: invasi. 

Media lokal Israel, Channel 12, melaporkan bahwa militer Zionis sudah menyiapkan operasi besar-besaran untuk menduduki Gaza City. Taktik licik ini seolah menegaskan bahwa perundingan hanya dijadikan alat untuk mengulur waktu, sementara persiapan militer terus berjalan.

Perintah darurat bernama ‘Order 8’ telah dikeluarkan, memanggil puluhan ribu tentara cadangan. Kepala militer Israel, Eyal Zamir, bahkan memperpanjang masa tugas prajurit yang sedang bertugas. 

Laporan Channel 12 tidak ragu menyebut langkah ini sebagai persiapan untuk ‘kemungkinan pendudukan Gaza City’. Ini bukan sekadar ancaman, melainkan rencana yang matang, siap dilancarkan kapan saja.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa perundingan pertukaran tawanan dengan Hamas tetap akan dilangsungkan, tetapi di tengah serangan. Sebuah manuver yang sangat kejam. Militer Israel, tegas Channel 12, tidak akan berhenti hingga perjanjian tercapai dan ditandatangani. 

Artinya, mereka akan menggunakan kekuatan militer untuk menekan Hamas di meja perundingan, sebuah tindakan yang jauh dari semangat perdamaian.

Rencana Brutal dan Serangan yang Sudah Dimulai

Rencana invasi ini bukanlah kejutan. Pada 8 Agustus lalu, Kabinet Benjamin Netanyahu telah menyetujui rencana pendudukan bertahap, dimulai dari Gaza City. Rencana tersebut termasuk pemindahan paksa sekitar 1 juta warga Palestina ke selatan. 

Sebuah kejahatan kemanusiaan yang terencana. Setelah populasi sipil diusir, kota akan dikepung dan diserbu.

Sebagai bagian dari persiapan biadab ini, tentara Zionis telah melancarkan serangan besar-besaran di lingkungan Zeitoun, Gaza City, pada 11 Agustus. Menurut saksi mata, serangan itu sangat brutal. Mereka menghancurkan rumah-rumah dengan robot jebakan, menembakkan artileri membabi buta, dan memaksa warga mengungsi.

Ironisnya, semua persiapan dan serangan ini terus berlanjut meskipun Hamas telah menyetujui proposal gencatan senjata 60 hari dari Mesir dan Qatar. Dengan dalih keamanan, Israel secara terang-terangan mengabaikan upaya perdamaian.

Tindakan ini membuktikan bahwa bagi Israel, solusi konflik tidak ada di meja perundingan, melainkan di medan perang, dengan mengorbankan nyawa dan tanah rakyat Palestina. Ini adalah sebuah cermin dari ambisi brutal yang tak kenal ampun.

 

Komentar