Sri Mulyani: Penerapan Tarif Resiprokal Trump untuk Indonesia Bakalan Panjang

Sri Mulyani: Penerapan Tarif Resiprokal Trump untuk Indonesia Bakalan Panjang


Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengungkapkan perkembangan ekonomi global yang masih dinamis. Termasuk ranah geopolitik yang belum layak disebut membaik. Ketidakpastian masih menyelimuti sektor ekonomi dan geopolitik.  

Dia mengatakan, penerapan tarif resiprokal 19 persen dari pemerintah AS terhadap Indonesia, masih belum berakhir.

“Global masih dinamis dan tidak pasti perkembangan penerapan tarif dagang oleh Amerika Serikat telah ditetapkan namun belum selesai. Indonesia mendapatkan tarif 19 persen, turun dari penetapan awal sebesar 32 persen,” kata Sri Mulyani saat Rapat Paripurna, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (21/8/2025).

‘Banyak negara yang menerima penetapan tarif Amerika Serikat yang bervariasi dan lebih tinggi,” imbuh Sri Mulyani, yang pernah menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (21/8/2025).

Lebih lanjut, bendahara negara itu, mengungkapkan prediksi International Monetary Fund (IMF) mengenai pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan proyeksi, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2,8 persen menjadi 3 persen.

“Pertumbuhan ekonomi juga mengalami sedikit kenaikan dari 3,0 persen menjadi 3,1 persen,” kata dia.

Sejalan dengan hal itu, Sri Mulyani juga mengungkapkan perasan yang semakin optimistis. Karena, perekonomian Indonesia di triwulan II mampu tumbuh 5,12 persen. Atau melejit ketimbang kuartal I-2025 yang hanya 4,87 persen.

“Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 persen, paket stimulus pemerintah pada triwulan II mencapai Rp24,4 triliun. Semuanya bergerak karena insentif diskon tarif transportasi, jalan tol, penebalan bantuan sosial dan pangan serta bantuan subsidi upah serta belanja pemerintah yaitu belanja sosial Rp3,91 triliun ikut mendukung konsumsi rumah tangga yang terjaga mendekati 5 persen,” pungkasnya. 
 

Komentar