Alasan I.League Larang Suporter Away dengan Dalih Izin FIFA Terkesan Mengada-ada

Alasan I.League Larang Suporter Away dengan Dalih Izin FIFA Terkesan Mengada-ada


Keputusan operator kompetisi I.League melarang fans tamu hadir di stadion pada ajang Super League 2025/2026 mendatang menuai sorotan tajam, terutama dari suporter itu sendiri.

Pemerhati sepak bola, sekaligus Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) Ignatius Indro, mengungkapkan, alasan yang dikemukakan I.League dengan dalih tidak mendapat restu FIFA terkesan mengada-ada dan tidak transparan.

“Kami belum pernah melihat dokumen resmi dari FIFA yang secara spesifik melarang kehadiran suporter tandang di liga domestik Indonesia,” kata Indro dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/8/2025).

Bagi Indro ini bukan sekadar izin FIFA. Melainkan keberanian operator kompetisi untuk mengelola risiko dan menjalin koordinasi yang baik dengan aparat keamanan serta komunitas suporter.

PSTI menilai keputusan ini juga mencerminkan tidak ada langkah serius dari operator maupun federasi dalam mencari solusi komprehensif terkait manajemen pertandingan dan keamanan suporter.

“Kalau tiga musim berturut-turut tidak ada kemajuan dalam manajemen pertandingan dan mitigasi risiko hanya dengan cara melarang, itu bukan solusi. Itu pembiaran. Dan ini merugikan semangat kompetisi serta merampas hak publik,” lanjutnya.

Indro melanjutkan, larangan ini tidak hanya berdampak pada atmosfer pertandingan, tetapi juga merusak nilai-nilai persaudaraan antar-suporter yang tengah dibangun di berbagai kota. Kehadiran suporter tandang justru bisa menjadi ajang edukasi dan kontrol sosial yang efektif jika dikelola dengan benar.

“Kalau operator hanya cari aman tanpa membenahi akar persoalan, kapan sepak bola kita akan dewasa?,” tegas Indro.

Menyusul keputusan Direktur Utama (Dirut) I.League, Ferry Paulus, terkait pelarangan suporter tamu di stadion, Indro mendesak operator liga, PSSI, serta Pemerintah untuk mengambil empat langkah berikut:

1. Membuka secara transparan komunikasi dengan FIFA dan aparat keamanan mengenai dasar keputusan ini.

2. Melibatkan komunitas suporter dalam penyusunan standar pengamanan pertandingan.

3. Mengakhiri kebijakan jangka pendek yang menyudutkan suporter dan mulai menyusun regulasi berbasis edukasi, perlindungan, dan partisipasi.

4. Mendesak Pemerintah untuk mengeluarkan aturan turunan UU Keolahragaan khususnya tentang suporter yang memaksa seluruh stakeholder melakukan edukasi kepada suporter hingga ke akar rumput.

Sebelumnya, Ferry menyatakan kalau FIFA masih melarang kehadiran suporter tamu pada ajang Super League 2025/2026 mendatang.

Hal itu disampaikan Ferry pada Rabu (6/8/2025) atau dua hari menjelang bergulirnya Super League yang terjadwal pada Jumat (8/8/2025).

“Tadi malam kami sudah berkomunikasi dengan FIFA untuk minta persetujuan. Intinya FIFA masih akan melihat sampai sejauh mana effort dari kami untuk bisa menghadirkan penonton tadi,” kata Ferry di Jakarta.

Ferry bilang, berbagai insiden yang terjadi sepanjang musim lalu mengubah pandangan FIFA. Puncaknya ialah partai pamungkas Liga 1 2024-2025 antara Persib Bandung versus Persis Solo di Stadion Gelora Bandung Lautan Api.

Dalam laga itu, oknum suporter tuan rumah kedapatan turun ke lapangan, hingga menyalakan flare secara masif di tengah-tengah laga.

Ferry bilang kejadian ini mengganggu keamanan pertandingan dan membuat delegasi FIFA yang datang langsung ke stadion menyorot insiden tersebut secara serius.
 

Komentar