(Foto: Ilustrasi TBC. Dokumentasi: Istockphoto)
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com
Masih dalam rangka memperingatan Hari Anak Nasional 2025, salah satu ancaman serius bagi masa depan anak-anak Indonesia adalah penyakit tuberkulosis (TB).
Berdasarkan Global TB Report 2024, Indonesia menduduki peringkat kedua tertinggi di dunia dengan sekitar 1,09 juta kasus TB dan 125 ribu kematian setiap tahun. Mirisnya, sekitar 135 ribu kasus di antaranya terjadi pada anak usia 0–14 tahun.
Anak-anak menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap TB karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum matang, terutama bila disertai malnutrisi.
Hal ini menjadikan TB tak hanya ancaman kesehatan fisik, tetapi juga mengganggu tumbuh kembang dan kualitas hidup anak dalam jangka panjang.
Ketua Umum Akselerasi Puskesmas Indonesia (APKESMI), Kusnadi, SKM., M.Kes., dalam Semiloka Nasional APKESMI ke-5 menekankan pentingnya penguatan layanan primer dan kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi berbagai tantangan kesehatan masyarakat.
“Forum ini menjadi wadah berbagi pengetahuan dan solusi nyata untuk meningkatkan kualitas layanan Puskesmas. TB masih menjadi tantangan besar, terutama di level layanan primer,” ujar Kusnadi, Jakarta, Jumat (25/07/2025).
Masalah yang Sering Terjadi pada Kasus TB
Ia menyoroti masalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri dan ketidakkonsistenan pasien dalam menjalani pengobatan TB yang bisa berlangsung hingga enam bulan.
Karena itu, APKESMI mendorong peran aktif Puskesmas tidak hanya dalam pengobatan, tetapi juga edukasi, penyuluhan, dan pembentukan komunitas penyintas TB.
Kini, hampir seluruh Puskesmas telah dilengkapi dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk deteksi TB, dan distribusi paket pengobatan.
Namun, untuk kasus TB pada anak, pendekatan intervensi gizi menjadi kunci utama dalam proses pemulihan.
Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K), TB pada anak yang disertai malnutrisi dapat menyebabkan stunting, memperparah infeksi, serta menurunkan daya tahan tubuh.
Karena itu, pemenuhan gizi seimbang sangat penting untuk mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidup.
“Anak dengan TB, terutama yang mengalami malnutrisi, perlu asupan bergizi tinggi dan kaya protein untuk memperkuat sistem imun. Bila diperlukan, bisa diberikan pangan olahan kebutuhan medis khusus (PKMK) untuk mencukupi kebutuhan kalori harian,” jelas dr. Titis.
Orang tua juga diimbau untuk berperan aktif dalam memastikan pengobatan TB dijalani secara rutin dan tidak terputus.
Selain itu, penting untuk melakukan pemantauan pertumbuhan dan menjaga pola makan bergizi dengan dukungan dari tenaga kesehatan di fasilitas layanan terdekat.