Anggap Fenomena Rojali dan Rohana Hal Biasa, BI Respons dengan Turunkan Suku Bunga

Anggap Fenomena Rojali dan Rohana Hal Biasa, BI Respons dengan Turunkan Suku Bunga

Iwan Medium.jpeg

Minggu, 27 Juli 2025 – 19:08 WIB

Ilustrasi. Gedung BI. (Foto: Antara)

Ilustrasi. Gedung BI. (Foto: Antara)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Menanggapi fenomena rombongan jarang beli yang bekennya ‘rojali’ dan rombongan hanya nanya disingkat ‘rohana’, Bank Indonesia (BI) justru menyebutnya positif. Padahal, kedua fenomena itu muncul ketika daya beli masyarakat benar-benar ambruk.

“Fenomena Rombongan Jarang Beli (Rojali) dan Rombongan Hanya Nanya (Rohana) yang tengah menjadi perbincangan mencerminkan konsumen yang makin selektif dalam belanja. Situasi ini menjadi sinyal bahwa masyarakat sedang menyesuaikan pola konsumsi dengan kondisi terkini,” tulis BI dikutip dari akun instagram @bank_indonesia, Minggu (27/7/2025).

Kebijakan BI menurunkan suku bunga acuan atau BI-rate, memberikan ruang agar konsumsi dan investasi kembali bergerak naik. Pada Januari 2025, BI rate turun 25 bps menjadi 5,75 persen. Kemudian Mei 2025, turun lagi 25 bps menjadi 5,5 persen, dan Juni 2025 turun 25 bps menjadi 5,25 persen.

“Untuk menjaga agar roda ekonomi tetap bergerak, Bank Indonesia menurunkan BI Rate. Tujuannya? Mendorong perbankan agar bisa menyalurkan kredit dengan bunga yang lebih terjangkau, sehingga konsumsi dan investasi tetap tumbuh di tengah tantangan,” tulis akun BI.

Kebijakan BI dalam menurunkan suku bunga, bisa jadi cukup oke. Lantaran, penurunan itu bertujuan untuk mendorong perbankan menyalurkan kredit dengan biaya yang lebih rendah. Harapannya, masyarakat dan dunia usaha makin tergerak untuk memanfaatkan kredit atau pembiayaan.

“Ketika suku bunga acuan turun, bank bisa mendapatkan atau menghimpun dana dengan biaya yang lebih rendah atau biasa disebut penurunan biaya dana (cost of fund),” tulis BI.

Selain itu, BI membeberkan efek jika adanya penurunan dari BI rate; yaitu Cost of Fund (COF) atau biaya dana yang juga dapat menjadi turun. Dampak lanjutannya dari COF yang turun yakni bunga kredit yang disalurkan ke masyarakat juga menjadi turun.

Hal ini diharapkan mendorong ‘rojali’ dan ‘rohana’ mulai merogoh koceknya, supaya membelanjakan uangnya dan ekonomi dapat terus tumbuh.

“Didukung sinergi berbagai pihak, kebijakan ini diharapkan dapat membuka ruang lebih banyak bagi peluang usaha, akses pembiayaan, dan perputaran ekonomi berkelanjutan,” tandasnya.

Topik
Komentar

Komentar