Antrean BBM di Jember Mulai Terurai Pasca Penutupan Jalur Gumitir

Antrean BBM di Jember Mulai Terurai Pasca Penutupan Jalur Gumitir


Antrean panjang pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten Jember dilaporkan mulai terurai pada Rabu (30/7/2025). 

Kondisi ini berangsur normal setelah sebelumnya terjadi antrean mengular akibat keterlambatan pasokan imbas penutupan Jalur Gumitir sejak 24 Juli lalu.

PT Pertamina Patra Niaga menyatakan telah melakukan normalisasi distribusi dengan strategi mengalihkan suplai BBM dari berbagai wilayah untuk memenuhi kebutuhan di Jember.

Penutupan Jalur Gumitir telah menyebabkan rute mobil tangki Pertamina yang biasanya dari Banyuwangi hanya memakan waktu 4 jam, harus dialihkan melalui Situbondo dan Bondowoso dengan waktu tempuh mencapai 11 jam. Keterlambatan distribusi ini memicu kepanikan pembelian (panic buying) di tengah masyarakat, yang menyebabkan antrean di beberapa SPBU sempat mencapai panjang 2 kilometer.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Pertamina Patra Niaga melakukan alih suplai. Pasokan didatangkan tidak hanya dari Surabaya dan Malang, tetapi juga dari lintas region seperti Semarang, Boyolali, hingga Maos.

“Segala skenario di lapangan masif kita lakukan, alhamdulillah terlihat antrian berangsur terurai. Ini menjadi hasil nyata atas alternatif alih suplai yang sudah kita maksimalkan,” ujar Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, dalam keterangannya, Kamis (31/7/2025).

Ahad juga mengimbau masyarakat untuk tidak lagi melakukan panic buying karena pasokan kini dipastikan aman.

“Saat ini proses normalisasi distribusi BBM sudah berjalan untuk area Jember dan sekitarnya. Kami imbau agar masyarakat dapat membeli BBM sesuai kebutuhan karena kami pastikan stok aman dan tercukupi,” tutupnya.

Seorang warga Jember, Rizki (21), menuturkan bahwa antrean parah yang terjadi disebabkan oleh dua faktor utama, yakni penutupan jalur itu sendiri dan kepanikan warga yang berlebihan.

 

Komentar