Pemerintahan Presiden AS Donald Trump menutup program kontroversial yang menggunakan marsekal udara AS yang menyamar dalam penerbangan untuk mengawasi penumpang, serta mencopot seorang pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas penempatan Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard dalam program tersebut.
Ketika mengumumkan penutupan program itu pada Kamis (5/6/2025), Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kristi Noem mendesak dilakukannya penyelidikan atas program tersebut.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan bahwa program ini membebani para pembayar pajak sebesar US$200 juta per tahun dan ‘gagal menghentikan satu pun serangan teroris’.
Dalam sebuah rapat baru-baru ini, para pejabat pemerintahan Trump mengonfrontasi kepemimpinan Administrasi Keamanan Transportasi AS atas apa yang mereka katakan sebagai penggunaan program Quiet Skies yang bermotif politik di bawah pemerintahan Biden, sebut laporan The Wall Street Journal pada Jumat (6/6/2025) terkait penutupan program itu.
“Pertentangan soal Quiet Skies, sebuah program yang telah lama menjadi perhatian para pendukung kebebasan sipil, merupakan contoh terbaru dari pemerintahan Trump yang menuduh para pejabat karier menggunakan politik sebagai senjata,” lanjut laporan The Wall Street Journal.
Program Quiet Skies diluncurkan pada 2010, dan keberadaannya pertama kali diungkap oleh Boston Globe pada 2018.
Dalam program ini, marsekal udara AS yang menyamar melakukan perjalanan dalam penerbangan dengan individu-individu yang dipantau oleh program tersebut.