Batik Oey Soe Tjoen: 100 Tahun Mahakarya Halus dari Pekalongan, Buruan Kolektor Dunia

Batik Oey Soe Tjoen: 100 Tahun Mahakarya Halus dari Pekalongan, Buruan Kolektor Dunia

Ikhsan Medium.jpeg

Kamis, 17 Juli 2025 – 09:43 WIB

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar mengunjungi Rumah Batik Oey Soe Tjoen di Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (28/6/2025). (Foto: Antara/HO-Kementerian Ekonomi Kreatif)

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar mengunjungi Rumah Batik Oey Soe Tjoen di Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (28/6/2025). (Foto: Antara/HO-Kementerian Ekonomi Kreatif)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Rumah Batik Oey Soe Tjoen (OST) genap berusia seabad. Meski namanya mungkin asing di telinga sebagian orang, tapi tahukah Anda batik OST ini adalah batik tulis halus tertua yang masih bertahan, sekaligus salah satu warisan budaya tak ternilai dari bumi Indonesia.

Berdiri sejak 1925 di Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah, oleh duet Oey Soe Tjoen dan Kwee Tjoen Giok Nio, batik OST ini tak sekadar kain. Ia adalah penutur sejarah yang merekam jejak budaya Jawa, Peranakan Tionghoa, Eropa, Asia, hingga Arab.

Wajar, Pekalongan yang ada di pesisir utara Jawa, memang dulu jadi pusat perdagangan global.

Dari Mas Kawin Bangsawan hingga Koleksi Museum Dunia

Kualitasnya yang luar biasa membuat batik OST jadi primadona, bahkan sering jadi mas kawin kalangan atas sebelum era pendudukan Jepang. Tak heran jika kini batik OST menjelma jadi karya seni bernilai tinggi yang diburu museum-museum di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia, hingga merambah balai lelang internasional.

Awalnya, corak batik OST terinspirasi motif buketan bunga khas Belanda. Tapi seiring waktu, ia beradaptasi dengan nuansa Peranakan Tionghoa, seperti lotus, seruni, dan anggrek. Pakem ini kemudian diwariskan ke generasi kedua, Oey Kam Long (Muljadi Widjaja) dan Lie Tjien Nio (Istijanti Setiono) pada 1976.

Pada 2002, estafet kepemimpinan Rumah Batik Oey Soe Tjoen jatuh ke tangan Oey Kiem Lian (Widianti Widjaja). Kala itu, Widianti minim pengalaman soal membatik. Namun, dengan keteguhan hati dan proses belajar yang panjang, ia berhasil meneruskan tongkat estafet. Bahkan, ia sukses memperkaya motif klasik tanpa menghilangkan pakem asli sang pendiri.

“Warisan bukan sekadar benda, tetapi juga dapat berupa kisah perjuangan, pengabdian, cinta, dan kehormatan yang dapat menginspirasi generasi berikutnya,” ungkap Widianti Widjaja dalam keterangannya kepada Inilah.com, Kamis (17/7/2025).

post-cover

Tiga Tahun Demi Sehelai Mahakarya

Apa yang membuat batik OST begitu istimewa? Widianti tetap memegang teguh keunikan: teknik pembuatan yang ditulis di dua sisi kain, corak yang kaya nilai budaya dan sejarah, serta komposisi gradasi warna yang rumit.

Demi mencapai kesempurnaan, satu helai kain batik OST butuh waktu rata-rata tiga tahun pengerjaan! Berbagai keunggulan ini menjadikan batik OST lebih dari sekadar kain, ia adalah sebuah mahakarya seni.

“Batik Oey Soe Tjoen mampu menceritakan sejarah budaya peranakan Tionghoa dan Pantai Utara Jawa yang berkembang pesat sebagai tempat pertemuan bagi para pelancong, pedagang, dan pemuka agama,” jelas Peter Carey, sejarawan sekaligus penulis buku batik pesisir Fabric of Enchantment: Batik from the North Coast of Java.

post-cover

Pameran 100 Tahun: Kesempatan Langka di Jakarta

Sebagai puncak perayaan satu abad Rumah Batik Oey Soe Tjoen, Anda berkesempatan melihat dan menikmati langsung lebih dari 90 lembar kain batik di pameran ‘Batik Oey Soe Tjoen – Keteguhan Hati Merawat Warisan’.

Pameran ini akan berlangsung pada 25 Juli hingga 3 Agustus 2025 di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.

Ini adalah kesempatan langka bagi para penikmat batik untuk menyelami keragaman batik Oey Soe Tjoen yang menawan. Bagi masyarakat awam, ini juga momen emas untuk mengenal lebih dekat kekayaan budaya Indonesia lewat batik tulis halus yang makin langka.

Jangan lewatkan kesempatan ini untuk turut serta meneruskan cerita keindahan batik OST kepada generasi selanjutnya!

Topik
Komentar

Komentar