Berbisnis dengan Jhonlin Agro Milik Haji Isam, Pertamina Mampu Kurangi Impor Minyak

Berbisnis dengan Jhonlin Agro Milik Haji Isam, Pertamina Mampu Kurangi Impor Minyak


Sebagai pebisnis yang berangkat dari nol, pengusaha Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam cukup jeli melihat potensi pasar. Visi bisnisnya luar biasa. Seakan mudah menebak, produk apa yang bakal laris manis di masa depan.

Keberanian Haji Isam membangun PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR), salah satu bukti kematangan intuisi bisnis dari pengusaha kelahiran 1 Januari 1977 itu. Bahwa masa depan sektor energi, bakal bergeser ke sumber-sumber yang lebih ramah lingkungan.

Kini, perusahaan perkebunan dan pengolahan minyak sawit terpadu miliknya itu, mulai menunjukkan kinerja mengilap. Pabrik biodiesel ini, dibangun pada 2019, namun mulai beroperasi 21 September 2021.

Pada Agustus 2022, Jhonlin Agro coba-coba melantai ke pasar saham dan sukses besar. Saat perdagangan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO), saham JARR naik hingga 24,5 persen.

Tahun ini bagaimana? Berdasarkan laporan keuangan semester I-2025, JARR mampu mengoleksi laba bersih sebesar Rp160,39 miliar. Atau naik 82,6 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau dibandingkan laba bersih di semester I-2024 sebesar Rp87,85 miliar.

Capaian laba bersih JARR sejalan dengan kinerja penjualan di paruh pertama 2025 yang mencapai Rp2,04 triliun. Atau tumbuh 18,7 persen secara tahunan.

Produk biodiesel atau Fatty Acid Methyl Ester (FAME) menjadi kontributor terbesar penjualan JARR. Nominalnya mencapai Rp1,73 triliun atau setara 84,53 persen dari total penjualan.

Kontribusi penjualan kedua berasal dari Crude Glycerine (CG) yang mencapai Rp111,44 miliar. Selanjutnya, Palm Fattyu Acid Distillate Rp105,18 miliar, minyak goreng Rp47,2 miliar. Sisanya dari produk lain, masing-masing nilainya hampir Rp34 miliar.

Di sisi lain, pelanggan terbesar JARR adalah PT Pertamina Patra Niaga (Persero/PPN). Anak usaha Pertamina ini memborong FAME atau bahan baku biodiesel senilai Rp1,12 triliun, atau setara 55 persen dari total penjualan JARR.

Asal tahu saja, biodiesel termasuk bahan bakar minyak (BBM) yang lebih ramah lingkungan ketimbang BBM dari fosil. Artinya, keberadaan JARR mendukung transisi energi bersih yang dijalankan pemerintahan Prabowo Subianto. Melalui program biodiesel 40 persen, dikenal dengan istilah B40.

Selain itu, pengembangan biodiesel berbasiskan minyak sawit, mengurangi ketergantungan Pertamina terhadap impor minyak mentah. Apalagi saat ini, muncul dugaan korupsi impor minyak mentah yang sedang digarap Kejaksaan Agung (Kejagung).

 

Komentar