Bloomberg Laporkan 98 Orang Kaya Asal Indonesia Ramai-ramai Pindahkan Duit ke Luar Negeri

Bloomberg Laporkan 98 Orang Kaya Asal Indonesia Ramai-ramai Pindahkan Duit ke Luar Negeri


Diam-diam, para orang kaya di Indonesia mulai cemas dengan kondisi perekonomian yang rapuh dengan hantaman perang tarif yang ditabuh Presiden AS Donald Trump. Tak ada pilihan, mereka memindahkan sebagian besar duitnya ke luar negeri.

Menurut laporan Bloomberg, Jumat (11/4/2025), kelompok tajir di Indonesia dilanda was-was yang berkepanjangan.

Khususnya kebijakan disiplin fiskal yang justru berpotensi menurunkan aktivitas ekonomi. Mereka mengkhawatirkan rapuhnya stabilitas ekonomi di dalam negeri. Di luar negeri, para orang kaya memilih memborong emas dan properti karena dinilai sebagai aset yang aman (safe haven).

Selain itu, mereka aktif membelanjakan aset kripto, terutama stablecoin USDT milik Tether Holdings SA yang dirancang untuk mempertahankan nilai 1:1 terhadap dolar AS.

Seluruh aset itu, menjadi cara mudah bagi kalangan kaya di Indonesia untuk memindahkan asetnya dalam jumlah besar, tanpa banyak sorotan.

Bloomberg sempat mewawancarai lebih dari 12 manajer kekayaan, bankir swasta, penasihat keuangan, dan individu dengan kekayaan tinggi untuk menyusun laporan ini. Semua narasumber itu minta identitasnya dirahasiakan.

Menurut seorang bankir swasta, menyebut sejumlah kliennya asal Indonesia yang kekayaannya berkisar 100 juta hingga 400 juta dolar AS, atau setara  Rp1,63 triliun hingga Rp6,5 triliun, membelanjakan 10 uang mereka untuk aset kripto.

Peralihan ini dimulai sejak Oktober 2024, namun meningkat pesat setelah rupiah anjlok hingga di atas Rp16.000/US$ pada Maret 2025.

Derasnya arus keluar dana dari Indonesa yang perekonomiannya terbesar di Asia Tenggara itu, mendorong pelemahan rupiah.

Pada Rabu (9/4/2025), nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar AS, nyungsep hingga titik terendah dalam sejarah.

Sehari kemudian menguat ketika investor memperhitungkan dampak perang dagang akibat penetapan tarif resiprokal dari Presiden AS, Donald Trump.

Kekhawatiran atas belanja besar-besaran dri pemerintahan saat ini, berpotensi menggerus disiplin fiskal yang telah dibangun pemerintahan sebelumnya. Hal ini terus membayangi pelaku pasar saham dan mata uang.

“Saya makin sering membeli USDT (stablecoin) dalam beberapa bulan terakhir. Ini memudahkan saya untuk menjaga nilai aset, atau memindahkannya ke luar negeri bila perlu. Tanpa harus membawanya secara fisik ke perbastasan,” kata seorang mantan eksekutif puncak berusia 40-an dari salah satu konglomerasi besar di Indonesia.

Dia pun mengaku was-was dengan prospek ekonomi serta stabilitas politik Indonesia.

Menurut Bloomberg, hal yang dikhawatirkan pelaku usaha cukup banyak. Misalnya, perluasan peran militer, meningkatkan belanja negara, dan kebijakan terkait BUMN. Semuanya menjadi penyebab bagi volatilitas di pasar saham serta mata uang.

Atas fenomena ini, menjadi tantangan berat bagi pemerintah yang bercita-cita menggenjot perekonomian tumbuh 8 persen. Dibutuhkan belanja yang sangat besar.

Investor khawatir hal ini bisa menyebabkan defisit fiskal melebar, utang meningkat, pajak dinaikkan, dan tekanan inflasi yang makin meluas.

Eksodus dana besar-besar saat ini, diduga identik dengan kejadian 1998, saat krisis ekonomi di Asia. Mudah-mudahan tidak sama.

 

Komentar