Bukan Cuma Kalah Duit! Ini Alasan Inter Dipermalukan PSG 0-5 di Final UCL 2025

Bukan Cuma Kalah Duit! Ini Alasan Inter Dipermalukan PSG 0-5 di Final UCL 2025


Inter Milan dipermalukan Paris Saint-Germain dengan skor telak 0-5 di final Liga Champions 2025. Skor itu bukan hanya yang terbesar dalam sejarah partai puncak kompetisi elite Eropa, tetapi juga menciptakan luka kolektif yang tak cukup dijelaskan dengan selisih kekuatan finansial semata.

Banyak pihak langsung menunjuk jurang anggaran sebagai penyebab. PSG menghabiskan lebih dari €700 juta (sekitar Rp11,9 triliun) dalam dua musim terakhir dan memiliki tagihan gaji tahunan hingga €650 juta (Rp11,05 triliun), jauh di atas Inter yang hanya menggelontorkan €150 juta (Rp2,55 triliun) dengan gaji pemain per tahun €150 juta juga.

Namun jurnalis Italia, Lorenzo Bettoni, menilai beda skor lima gol bukan semata-mata karena nominal di neraca keuangan. “Terlalu banyak yang menjadikan uang sebagai alasan, padahal secara psikologis dan teknis Inter sudah runtuh sebelum laga dimulai,” tulisnya dalam ulasan usai final.

Musim Panjang, Tekanan Berat

Inter sebetulnya menjalani musim yang luar biasa. Mereka menyingkirkan Arsenal, Bayern, dan Barcelona dalam perjalanan ke final. Bahkan sempat bermimpi menyamai treble 2010 era José Mourinho. Tapi kekalahan beruntun dari Bologna, Milan, dan Roma mengikis kepercayaan diri tim secara perlahan.

“Sejak semifinal, semua energi diarahkan ke final di Munich,” ujar asisten pelatih Massimiliano Farris dalam video pascalaga Serie A.

“Bukan hari ini, kita ambil trofi itu di Munich,” katanya kepada Denzel Dumfries. Sayangnya, janji itu tak menjadi nyata.

PSG Lebih Bebas, Inter Lebih Tertekan

Sementara pelatih PSG Luis Enrique sengaja mengurangi tekanan dengan memberi waktu istirahat dan ruang pribadi bagi pemainnya, Inter justru membawa beban seluruh musim ke dalam satu pertandingan. “Kami menyiapkan laga ini tanpa tekanan berlebihan, lebih tenang di rumah bersama keluarga,” kata kiper PSG Gianluigi Donnarumma usai laga.

Luis Enrique sendiri menegaskan bahwa “sejak hari pertama saya ingin menang dan memberi PSG gelar yang belum pernah mereka dapat. Hari ini kami mewujudkannya,” ujarnya bangga.

Rebut Trofi atau Tenggelam

Inter datang ke laga final tanpa gelar musim ini—gagal di Serie A karena kalah satu poin dari Napoli, kandas di semifinal Coppa Italia, dan dikalahkan Milan di final Supercoppa. Tanpa modal trofi, beban laga final pun berubah menjadi satu-satunya penebus kegagalan—dan itu terlalu berat.

Ketika PSG tampil bebas dan percaya diri, Inter seperti membatu. Dan hasilnya? Sebuah kekalahan terbesar sepanjang sejarah final Liga Champions. Bahkan dengan gaji lebih kecil, Inter seharusnya tidak selemah ini secara mental.

Kini, mereka harus segera bangkit. Klub Dunia (Club World Cup) menanti, tapi untuk membangun kembali kepercayaan dan identitas, lebih dari sekadar pertandingan yang dibutuhkan: Inter butuh cermin.

Komentar