Cadev Susut Rp75 Triliun Diklaim Masih Aman, BI Kurang Kreatif Jaga Rupiah

Cadev Susut Rp75 Triliun Diklaim Masih Aman, BI Kurang Kreatif Jaga Rupiah


Peneliti Next Policy, Dwi Raihan menyebut tugas pokok Bank Indonesia (BI) adalah menjaga nilai kutar (kurs) rupiah. Dan, salah satu caranya adalah dengan intervensi pasar dengan mengguyur dolar AS menggunakan cadangan devisa (cadev).

“Hal ini perlu dilakukan agar nilai dolar AS, tidak terlalu tinggi terhadap rupiah. Pasalnya jika dolar AS terlalu kuat, mendorong biaya produksi akibat harga bahan baku impor lebih mahal. Sehingga berpotensi mengerek harga barang atau inflasi, sekaligus melemahkan daya beli,” tutur Raihan kepada Inilah.com di Jakarta, Selasa (13/5/2025).

Namun begitu, lanjutnya, berkurangnya cadev tidak semata-mata akibat operasi moeter BI. Namun bisa juga digunakan untuk pembayaran utang luar negeri yang masuk jatuh tempo.

Kendati demikian, Raihan menyatakan, penggunaan cadev yang angkanya jumbo, harus diperhatikan. Kalau serampangan, bakal mempersempit ruang BI untuk melakukan intervensi di masa depan.

“Memang saat ini, cadev masih aman. Namun BI perlu menerapkan dengan hati-hati. Maret lalu, pemerintah juga sudah menerapkan DHE (devisa hasil ekspor) sehingga dapat dioptimalkan. Dengan kata lain, banyak kebijakan yang dapat dilakukan selain intervensi dengan cadev,” ujarnya.

Menurutnya, keberhasilan intervensi bank sentral tidak hanya dipengaruhi oleh kepemilikan cadev, tetapi juga fundamental ekonomi, koordinasi lintas kebijakan moneter-fiskal, kredibilitas bank sentral yang sangat mempengaruhi pasar hingga kondisi global.

“Oleh karena itu, perlu perbaikan struktural dari pemerintah dalam upaya menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” tandasnya.

Informasi saja, posisi cadev pada April 2025, masih berada di level US$136,2 miliar. Sebulan berselang, atau Mei 2025 berkurang US$4,6 miliar, menjadi US$131,6 miliar.

Dengan kurs Rp16,500/US$, susutnya sekitar Rp75 triliun. Lebih dari anggaran awal program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dipatok Rp71 triliun.

Terkait anjloknya cadev Mei 2025, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso menyebut, digunakan untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Meski turun signifikan, dia menyebut, posisi cadev masih tergolong aman karena di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.  “Setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah,” kata Ramdan, Kamis (8/5/2025).

 

 

Komentar