Ciri Fisik Nabi Muhammad SAW yang Paling Sering Disebut Sahabat, dari Rambut hingga Cara Berjalan

Ciri Fisik Nabi Muhammad SAW yang Paling Sering Disebut Sahabat, dari Rambut hingga Cara Berjalan


Setiap Muslim menyimpan rasa cinta dan rindu yang mendalam kepada sosok Nabi Muhammad SAW. Meskipun ribuan tahun telah memisahkan, kerinduan untuk mengenal Sang Teladan tidak pernah padam.

Salah satu cara untuk mengobati kerinduan ini adalah dengan menyelami riwayat-riwayat shahih yang ditinggalkan para sahabat, yang dengan penuh cinta merekam deskripsi fisik Rasulullah.

Di hari Jumat yang mulia ini, mari kita mengenal lebih dekat sosok agung Rasulullah SAW melalui kesaksian mereka. 

Penting untuk diingat, deskripsi ini bukanlah untuk digambar atau divisualisasikan, karena Islam melarangnya untuk menjaga kemurnian tauhid. Pengetahuan ini adalah untuk menambah kecintaan dan memantapkan keyakinan kita pada kemuliaannya.

Perawakan dan Postur Tubuh Rasulullah SAW

Para sahabat menggambarkan postur tubuh Nabi Muhammad SAW sebagai perawakan yang paling ideal dan sempurna. Rasulullah tidak terlampau tinggi menjulang, tidak pula pendek.

> Dari Al-Bara’ bin ‘Azib RA, ia berkata, “Rasulullah SAW adalah seorang laki-laki dengan perawakan sedang (tidak tinggi dan tidak pendek), bahunya bidang…” (HR. Bukhari)

Keterangan ini diperkuat oleh banyak riwayat lain yang menyimpulkan bahwa postur Rasulullah adalah yang terbaik di antara kaumnya. Bahunya yang bidang menunjukkan kekuatan dan kewibawaan. 

Cara berjalannya pun penuh semangat dan mantap, seolah-olah sedang menuruni tanah yang landai, menggambarkan langkah yang sigap dan penuh tujuan.

Ciri Wajah, Rambut, dan Kulit yang Bercahaya

Deskripsi mengenai wajah dan penampilan Rasulullah SAW dilukiskan dengan sangat indah oleh para sahabat, menunjukkan pesona dan kemuliaan yang memancar.

Wajah: Wajah Rasulullah tidak terlalu bulat, melainkan berbentuk indah dan memancarkan cahaya.

Kulit: Kulit Rasulullah putih cerah kemerah-merahan (azhar al-laun), menandakan kulit yang sehat dan bersinar, bukan putih pucat.

Rambut: Rambut Rasulullah tidak lurus kaku, tidak pula keriting, melainkan ikal bergelombang yang indah.

Mata: Rasulullah memiliki bola mata yang hitam pekat dengan bulu mata yang lentik, menambah keteduhan pada pandangannya.

Kesaksian Paling Lengkap dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA

Salah satu deskripsi terlengkap dan paling menyentuh datang dari sepupu sekaligus menantu Rasulullah, Ali bin Abi Thalib RA. Kesaksian ini tidak hanya menggambarkan fisik, tetapi juga menyatukannya dengan keagungan akhlak Rasulullah.

“Postur tubuh Rasulullah SAW tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, perawakannya sedang. Rambutnya ikal, tidak keriting dan tidak lurus. Rasulullah tidak gemuk. Wajahnya tidak terlalu bulat, kulitnya putih kemerah-merahan.

Bola matanya hitam pekat, bulu matanya lentik, bahunya lebar… Dada Rasulullah berbulu. Telapak tangan dan kakinya tebal. Ketika berjalan, Rasulullah seakan melangkah menuruni tanah yang landai. Ketika menoleh, Rasulullah berbalik dengan seluruh badannya.

> Di antara kedua bahunya, terdapat tanda kenabian. Rasulullah adalah nabi terakhir, manusia yang paling lapang dada, ucapannya paling bisa dipercaya, karakternya paling lembut, dan cara bergaulnya paling mulia.

> Siapa pun yang pertama kali melihat Rasulullah, pasti akan segan. Tetapi, orang yang telah lama bergaul dengan Rasulullah pasti akan mencintainya. Siapa pun yang mencoba menggambarkan karakter Rasulullah pasti berkata, ‘Aku tidak pernah melihat seseorang pun yang sama seperti Rasulullah SAW, baik sebelum maupun sesudah Rasulullah.’” (HR. Tirmidzi)

Kesaksian Sayyidina Ali RA ini menunjukkan bahwa kemuliaan fisik Rasulullah SAW adalah cerminan dari kesempurnaan akhlaknya yang tiada tanding.

Ulama besar seperti Ibnu Taimiyah menyimpulkan bahwa kesempurnaan fisik para nabi adalah bagian dari tanda kenabian mereka. Rasulullah menyatakan, “Bentuk tubuh Rasulullah SAW adalah paling sempurna dan paling indah sebagai tanda kesempurnaan Rasulullah.”

Mengenal ciri-ciri fisik Rasulullah SAW bukan sekadar pengetahuan biasa. Ini adalah cara kita sebagai umatnya untuk membangun ikatan batin, memperdalam rasa cinta, dan memotivasi diri untuk senantiasa mengikuti sunnah dan ajarannya, dengan harapan dapat bertemu dengan Rasulullah di surga kelak.

Allahumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad.

Komentar