Direktur Pengembangan Big Data INDEF, Eko Listiyanto menyampaikan soal pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto yang menginginkan APBN 2027 atau 2028 tak lagi mencatatkan defisit. Eko menilai hal tersebut sulit untuk diwujudkan.
Diketahui, dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) defisit diperkirakan mencapai 2,78 persen dari produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir 2025. Kemudian dalam RAPBN 2026 defisit ditargetkan sebesar 2,48 persen dari PDB.
“Saya rasa pun misalkan dalam 3 tahun ke depan itu masih sulit ya. Ini bukan nada pesimis, tapi ini justru yang paling realistis adalah sulit. Kenapa demikian? Faktanya sebetulnya di era Pak Prabowo ini defisit itu trendnya melebar. Jadi kalau dulu-dulu, sebetulnya sejak era Pak Jokowi terutama di periode kedua, melihat angka-angka defisit di atas 2 persen itu udah kayak biasa aja. Padahal sebetulnya itu berimplikasi kepada confident market di dalam SBN,” ujar Eko dalam diskusi ‘Penerimaan Cekek, Program Unggulan Membengkak?’, Jakarta, Sabtu (16/8/2025).
Eko menjelaskan, meski Pemerintah telah menargetkan dalam RAPBN 2026 defisit 2,48 persen namun dia memprediksi outlook defisit akan semakin besar. Hal itu dipicu oleh utang yang semakin bertambah. Berdasarkan buku II Nota Keuangan beserta RAPBN 2026 Presiden Prabowo akan kembali menarik utang baru senilai Rp781,86 triliun.
“Jadi besar sekali begitu, utang yang jatuh tempo ya. Memang ini adalah akumulasi dari kebijakan-kebijakan pemerintahan sebelumnya. Tetapi yang terjadi kan ya tetap saja ya defisit kita melebar begitu. Kalau mau ditekan jadi 0 persen ya sebenarnya bisa, bisa tetapi pasti akan banyak fungsi-fungsi pemerintahan yang nggak jalan,” kata dia.
Dia pun menyebut bahwa cita-cita Prabowo tanpa defisit di tahun 2027 atau 2028 sulit diwujudkan jika strategi yang ditempuh tak tepat sasaran.
“Sehingga saya bisa sampaikan tidak realistis, walaupun kalau cita-cita saya sepakat gitu ya. Cuma kan ya harus ada strateginya dong gitu ya. Agak aneh juga misalkan tahun depan 2,48 (persen defisit) terus tahun berikutnya tinggal 1 (persen defisit) gitu ya, tahun berikutnya tinggal setengah gitu. Tanpa adanya penerimaan negara yang sustain di luar dari yang sudah ada saat ini gitu ya, itu akan sulit saya rasa,” tegas dia.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menyatakan keinginannya agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun 2027 atau 2028 tidak lagi mencatatkan defisit.
Hal itu diucapkan saat Prabowo memberikan pidato RAPBN 2026 di Sidang Tahunan MPR/DPR RI yang berlangsung di Ruang Paripurna, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (15/8/2025).
“Harapan saya, adalah cita-cita saya untuk suatu saat apakah dalam 2027 atau 2028, saya ingin berdiri di depan majelis ini, di podium ini, untuk menyampaikan bahwa kita berhasil punya APBN yang tidak ada defisitnya sama sekali,” kata dia.
Dia menjelaskan target APBN bebas defisit tersebut akan diupayakan melalui peningkatan efisiensi dalam belanja negara.
Prabowo menyampaikan untuk tahun 2026, pemerintah menetapkan proyeksi defisit RAPBN sebesar 2,48 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), atau sekitar Rp638,8 triliun. Angka ini lebih rendah dibanding target defisit pada APBN 2025 yang sebesar 2,53 persen dari PDB dan outlook defisit tahun ini sebesar 2,78 persen dari PDB atau sekitar Rp662 triliun.