Warga memilih produk saat belanja di salah satu industri ritel di Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/1/2025). (Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi/YU).
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com
Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menyebut, fenomena “rojali’ membawa berkah bagi bisnis makanan dan minuman (Food and Beverages/F&B).
Apa itu ‘rojali’? Jangan berpikiran yang aneh-aneh, ‘rojali’ di sini berarti rombongan jarang beli. Mereka ke mal atau pusat perbelanjaan hanya sekadar cuci mata. Nah, ketika berkunjung ke mal atau pusat perbelanjaan, ‘rojali’ lebih banyak nongkrog ketimbang berbelanja.
“Karena nongkrong pasti lihat minuman makanan beli. Kan enggak mungkin duduk enggak beli,” ujar Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah dalam acara Hari Retail Modern Indonesia di Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Senada dengan Budihardjo, Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan Septo Soepriyatno menjelaskan fenomena “rojali” ini telah muncul sejak pandemi COVID-19.
Masyarakat mengalami perubahan perilaku; setelah terbiasa di rumah, mereka mulai mencari kepuasan interaksi sosial di luar.
Melihat fenomena tersebut, Septo mengatakan konsep pusat perbelanjaan pun berevolusi. Mal kini tidak lagi sekadar tempat belanja, tetapi juga berfungsi sebagai ruang rekreasi, hiburan, pengalaman, dan interaksi sosial.
“Contoh adalah Plaza Semanggi, sudah berubah menjadi Plaza Nusantara. Konsepnya berubah total. Mereka menciptakan ruang-ruang yang memang dibutuhkan oleh masyarakat untuk berinteraksi. Nah itu yang sangat diperlukan sekarang,” kata Septo.
Menurut Septo, meskipun pengunjung Rojali mungkin tidak langsung membeli produk fesyen di toko, mereka seringkali memanfaatkan toko sebagai showrooming untuk melihat barang secara langsung sebelum akhirnya membeli secara daring.
Ia menyebut para peritel pun telah beradaptasi dengan memanfaatkan model omnichannel, yakni menjual produk baik di toko fisik maupun secara daring.
“Sebenarnya secara keseluruhan, omset pedagang naik. Tetapi memang ada pergeseran, ada yang (menjual) online. Ini informasi yang kami dapat dari para pengusaha,” katanya.