Ketua Dewan Pembina Golkar sekaligus Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita (AGK) di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Jawa Barat, Rabu (16/10/2024).(Foto: Inilah.com/ Vonita Betalia)
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com
Ada kabar baik dari Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (AGK) saat menghadiri World Expo 2025 Osaka di Jepang. Di sela kunjungannya, ia sempat bertemu dengan perwakilan tiga raksasa produsen otomotif, Honda, Toyota dan Daihatsu.
Mereka berjanji tidak akan menaikkan harga jual kendaraan, serta tak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia. Komitmen ini disampaikan usai Menteri AGK berdiskusi dengan mereka terkait potensi gejolak di sektor otomotif nasional.
“Maka itu, saya secara khusus meminta agar tidak ada kenaikan harga mobil dan tidak ada PHK di Indonesia. Ini penting demi menjaga daya beli masyarakat dan menjaga lapangan kerja di sektor otomotif, yang merupakan salah satu penopang industri nasional,” ujar Menperin dalam keterangannya, dikutip di Jakarta, Minggu (13/7/2025).
Menurut dia, para petinggi Toyota, Suzuki dan Daihatsu memahami kekhawatiran Pemerintah Indonesia dan menyatakan komitmen untuk menjaga harga tetap stabil dan mempertahankan tenaga kerja di tengah berbagai tantangan global.
“Komitmen mereka, kami apresiasi. Ini adalah langkah konkret dalam mendukung stabilitas industri otomotif di Indonesia,” kata Agus.
Diketahui, gelombang PHK sedang jadi perhatian serius, ‘bencana’ ini telah melanda berbagai sektor, termasuk manufaktur, media, dan perusahaan startup.
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat lebih dari 26.000 kasus PHK per Mei 2025. Beberapa analis bahkan memprediksi angka ini bisa mencapai 70.000 pekerja pada akhir tahun 2024.
Maraknya PHK dapat berimplikasi negatif pada pertumbuhan ekonomi nasional. Perekonomian lesu sejalan dengan turunnya kemampuan daya beli masyarakat imbas gelombang PHK.
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Dimas Ardhinugraha, menyoroti beberapa indikator terkini yang menunjukkan sinyal perekonomian Indonesia masih cukup lesu.
“Rangkaian data tiga bulan terakhir yang cukup konsisten mengafirmasi momentum pertumbuhan ekonomi yang lemah,” ungkap Dimas dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/7/2025).