Didera Kasus Pinjol hingga Tunggak Gaji Karyawan, Holding BUMN Farmasi Disebut ‘Kapal Karam’

Didera Kasus Pinjol hingga Tunggak Gaji Karyawan, Holding BUMN Farmasi Disebut ‘Kapal Karam’


Sepanjang 2024, kinerja keuangan Holding BUMN Farmasi benar-benar babak belur. Meski mampu membukukan pendapatan Rp15,71, holding ini harus menanggung buntung Rp1,16 triliun. Belum lagi masalah pinjaman online (pinjol)  serta menunggak gaji karyawan.

Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Shadiq Akasya mengakui adanya penurunan kinerja sejak munculnya pandemi COVID-19 pada 2022. Kemudian pada 2024, EBITDA yang menunjukkan laba kotor perusahaan justru minus Rp190 miliar. Atau membaik ketimbang 2023.

“Secara EBITDA, memang kami masih suffer. Pada 2023, EBITDA masih suffer minus Rp0,47 triliun. Kemudian 2024 minus Rp0,19 triliun,” kata Shadiq dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Jakarta Pusat, Kamis (7/8/2025).

Selain itu, Bio Farma Group mencatatkan laba Rp1,94 triliun pada 2021. Tahun kemudian terjun bebas menjadi hanya Rp500 miliar. Pada 2023, Bio Farma mengalami kerugian Rp2,04 triliun. Sedikit membaik pada 2024, kerugian menjadi Rp1,16 triliun.

Sepanjang kuartal I-2025, lanjut Shadiq, Bio Farma meraih pendapatan Rp3,66 triliun dengan laba bersih Rp380 miliar. Peralihan masa pandemi COVID-19 menimbulkan berbagai beban impairment.

Anggota Komisi VI DPR, Imas Aan Ubudiah, mempertanyakan kabar pinjol menggunakan data karyawan PT Indofarma (Persero/INAF) Tbk. Serta sejumlah apotek milik PT Kimia Farma yang didera tekor besar.

“Kira-kira, Bapak Dirut masih yakin bisa menyelamatkan kapal yang mau karam ini, Melihat wajah-wajah dari jajaran Kimia Farma, para pejuang Indofarma, mulai ragu Pak,” ujar Imas.

Srikandi PKB ini, mengaku ragu karena perkara pinjol sudah terlanjur terekam di jejak digital media sosial (medsos).

“Kami ragu karena media sosial itu susah, pak. Jejak digital susah dihapus. Jadi pemimpin kok sampai rela mengorbankan karyawan untuk pinjol, dan itu melekat. Jadi apapun yang bapak paparkan kepada kami, jujur kami ragu,” kata Imas.

Dia pun mempertanyakan kinerja Kimia Farma yang terus dirundung kerugian. Sebanyak 1.054 apotek masih merugi dan menunggak gaji 12.000 karyawan.

“Selanjutnya 12.000 pegawai ini apakah mereka termasuk yang gajinya belum dibayar, yang nunggak mereka itu, Pak? Dibaca berapa juta mata (netizen). Untuk sekadar beli beras saja susah, nah bapak ini yang harus bertanggung jawab terhadap 12.000 pegawai, terhadap 1.054 apotek dan klinik apotek,” pungkas Imas.

Mengingatkan saja, karyawan Indofarma sempat mengungkapkan tunggakan gaji Rp95 miliar di depan anggota DPR. “Agar Segera di bayarkan atas pengorbanan karyawan dalam bentuk hak-haknya seperti upah, tunjangan, luran BPJS dan DPLK, pesangon para pensiun senilai Rp95 milyar dan dibayarkan secara tunai,” kata Ketua Umum SP Indofarma, Meidawati.
 

Komentar