Dua gadis belia Palestina berusia 5 dan 12 tahun telah tiba di Inggris untuk perawatan medis karena mengalami kondisi kesehatannya yang serius. Keduanya tidak dapat diobati di Gaza sehingga dibawa ke Inggris.
Gadis-gadis tersebut, yang disebutkan BBC sebagai Ghena, berusia 5 tahun, dan Rama, 12 tahun, adalah warga Gaza pertama yang diberikan visa sementara Inggris sejak 7 Oktober 2023. Mereka terbang dari Mesir setelah sistem perawatan kesehatan Gaza runtuh selama invasi Israel.
Rama, yang memiliki masalah usus serius, sebelumnya tinggal di Khan Younis. “Kami sangat takut. Kami tinggal di tenda-tenda dan pecahan peluru dari serangan udara sering menimpa kami,” katanya kepada BBC, kemarin.
“Dulu Ibu sangat menderita pergi ke rumah sakit saat bom berjatuhan dan harus antri panjang hanya untuk mendapatkan saya pil. Di sini saya akan berobat dan sembuh serta menjadi seperti gadis lainnya.”
Sang ibu mengaku sangat bahagia karena Rama mendapatkan perawatan di Inggris. “Sebagai seorang ibu, saya merasa sangat kasihan di Gaza karena saya tidak dapat melakukan apa pun untuk membantunya. Menyakitkan bagi saya melihat putri sendiri hari demi hari melemah dan semakin sakit,” katanya,
Sementara Ghena memiliki cairan yang menekan saraf optiknya sehingga dapat menyebabkan kebutaan jika tidak diobati. Ibunya, Haneen, mengatakan kepada BBC: “Sebelum perang, Ghena menjalani perawatan medis di Gaza, di sebuah rumah sakit khusus. Ia menjalani tes setiap enam bulan di sana dan perawatan pun tersedia.”
Haneen mengatakan rumah sakit tersebut hancur pada minggu pertama invasi Israel, membuat keluarganya tidak punya pilihan selain mencari bantuan di tempat lain. “Dia mulai mengeluh kesakitan,” kata Haneen. “Dia akan terbangun sambil menjerit kesakitan di malam hari.”
Haneen berharap anak kesayangannya bisa sembuh di Inggris. “Di Gaza, ada ribuan anak terluka dan sakit yang membutuhkan perawatan medis. Saya berharap mereka mendapat kesempatan seperti Ghena,” tambanya.
Gadis-gadis tersebut dibantu oleh Project Pure Hope dan Dana Bantuan Anak-anak Palestina, yang bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia untuk membawa mereka ke Inggris guna menjalani pengobatan.
Ketua Dana Bantuan Anak-Anak Palestina (PCRF) Vivian Khalaf mengatakan, daftar kasus-kasus seperti ini terus bertambah panjang, yaitu anak-anak yang membutuhkan perawatan medis mendesak di luar Gaza. “Dokter dan rumah sakit yang ada saat ini telah memutuskan bahwa pengobatan tersebut tidak tersedia di Gaza,” ujarnya.
Khalaf mengatakan 200 anak dari Gaza sejauh ini telah dibawa ke luar negeri untuk perawatan medis, termasuk ke AS, Yordania, Qatar dan negara-negara Eropa.
Badan Kesehatan Dunia, WHO telah mengutuk kondisi sistem kesehatan Gaza sebagai “tidak dapat dijelaskan” setelah 18 bulan konflik yang telah menewaskan lebih dari 50.980 warga Palestina di daerah kantong itu.