Senior Economist Bank DBS, Radhika Rao, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia jeblok ke level 4,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) di semester II-2024. Tantangan berat bagi Prabowo-Gibran untuk mendorong ekonomi tumbuh di atas 5 persen.
Proyeksi tersebut seiring akan adanya perlambatan pada sejumlah sektor penopang pertumbuhan ekonomi nasional, di antaranya sektor konsumsi dan sektor perdagangan.
“Pertumbuhan ekonomi semester II-2024, diproyeksikan 4,9 persen (yoy). Pada akhir tahun akan sebesar 4,9 sampai 5 persen,” ujar Radhika dalam diskusi media DBS di Jakarta, Selasa (6/8/2024).
Semester I-2024, kata Radhika, sektor konsumsi Indonesia ditopang beberapa momen penting. Yakni, pemilihan umum (pemilu) serta Ramadan dan libur Hari Raya Idul Fitri.
“Apa yang mendorong pertumbuhan di semester sebelumnya, seperti pemilu dan perayaan Lebaran sudah tak ada. Jadi, sebesar 5,08 persen semester pertama, 4,9 persen di semester kedua, dan rata-rata 5 persen untuk pertumbuhan keseluruhan di tahun ini,” ujar Radhika.
Selain itu, lanjutnya, kinerja sektor perdagangan yang menguat pada tahun lalu, berpotensi akan mengalami perlambatan pada sisa tahun ini.
“Ekspor hanya akan mengalami sedikit pertumbuhan di tahun ini, ini terjadi karena tingkat harga komoditas global tengah meningkat dan memengaruhi demand, yang tentunya berdampak pada kinerja ekspor,” ujar Radhika.
Ia mengingatkan, pemerintahan Prabowo-Gibran mempunyai banyak pekerjaan rumah (PR) apabila ingin mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen (yoy).
Berbagai PR tersebut, di antaranya mendorong investasi di sektor manufaktur dengan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) mineral melalui hilirisasi, mendorong investasi di sumber daya manusia (SDM), serta meningkatkan penanaman modal asing (PMA) atau investasi.