Final Wuhan Open, Sabalenka Diuji Jagoan Tuan Rumah Zheng Qinwen

Final Wuhan Open, Sabalenka Diuji Jagoan Tuan Rumah Zheng Qinwen

Aryna Sabalenka dan Zheng Qinwen telah menyiapkan panggung untuk pertarungan memperebutkan gelar WTA 1000 Dongfeng Voyah, Wuhan Open.

Para penggemar China akan disuguhi pertarungan besar antara Zheng 22 tahun, bintang peringkat teratas mereka dan peraih medali emas Olimpiade, dan Sabalenka 26 tahun, pemain yang tidak pernah kalah dalam pertandingan di kota Wuhan.

Sabalenka dan Zheng akan berhadapan untuk keempat kalinya pada hari Minggu, dan sejauh ini keunggulan Sabalenka sangat besar.

Unggulan teratas Sabalenka telah memenangi ketiga pertemuan mereka sebelumnya dengan straight set. Ketiga pertemuan tersebut terjadi pada tiga ajang Grand Slam lapangan keras terakhir.

Sabalenka mengalahkan Zheng 6-1, 6-4 di perempat final AS Terbuka tahun lalu sebelum mereka bertanding untuk memperebutkan gelar Grand Slam di final Australia Terbuka tahun ini. Sabalenka memenangkan pertandingan itu 6-3, 6-2, dan meraih gelar keduanya secara berturut-turut di turnamen utama Australia atas Zheng, yang baru pertama kali menjadi finalis Slam.

Pasangan ini bertemu lagi di perempat final AS Terbuka tahun ini. Meskipun status baru Zheng sebagai juara Olimpiade, ia tidak dapat membalas kekalahannya sebelumnya. Sabalenka menang 6-1, 6-2 kurang dari dua bulan lalu di New York.

Kemenangan akan memberi Sabalenka gelar tunggal WTA ke-17 secara keseluruhan.

Kemenangan juga akan menjadi bantuan besar bagi Sabalenka dalam upayanya merebut peringkat No. 1 Dunia akhir tahun dari Iga Swiatek.

Bagi Zheng, kemenangan di final WTA 1000 pertamanya akan menjadi gelar tunggal WTA kelima dalam kariernya, dan ketiga tahun ini setelah memenangkan Palermo dan Olimpiade berturut-turut. Kemenangan juga akan meningkatkan peluangnya untuk menjadi salah satu peserta kualifikasi terakhir untuk WTA Finals Riyadh tahun ini.

Zheng tengah berupaya menjadi pemain Tiongkok kedua yang meraih gelar WTA 1000, setelah Li Na di Cincinnati 2012. Zheng kini menjadi pemain Tiongkok pertama yang berhasil mencapai final WTA 1000 di Tiongkok sejak tingkatan WTA 1000 dimulai pada tahun 2009.

“Turnamen ini terasa seperti bermain di kandang sendiri. Karena ini adalah kali ketiga saya masuk final, mudah-mudahan saya bisa mendapatkan trofi yang indah. Namun, tidak ada harapan untuk dukungan dari penonton. Saya punya tim. Saya punya keluarga. Saya punya banyak orang yang mendukung saya di seluruh dunia. Saya akan fokus pada itu saja.” kata Sabalenka tentang partai finalnya.

Sementara Zheng merasa bermain di depan publik sendiri memberikan tekanan tersendiri yang luar biasa seperti olimpiade.,

“Saya rasa saya harus menenangkan pikiran saya karena terakhir kali ketika saya bermain melawan [Sabalenka], kedua kali, saya sedikit terlalu banyak berpikir dan saya tidak dapat memainkan tenis saya. Jadi saya berharap besok, pertama-tama saya dapat memainkan tenis saya dengan baik.

“Sabalenka, dia pemain yang sangat agresif, tapi saya juga agresif. Jadi kita lihat saja nanti,” tandasnya.
 

Komentar