Gelaran Future Stories AI hari ini, Kamis (30/5/2024) resmi diselenggarakan sampai dengan besok melalui daring, para pembicara ternama seperti Prof. Dian Tjondronegoro, Fahd Pahdepie, dan Prof. Faris Alfadhat, membahas dampak dan masa depan kecerdasan buatan (AI) terhadap masyarakat, hubungan internasional, dan kehidupan individu.
Ketiganya mengeksplorasi potensi AI dalam meningkatkan aktivitas manusia, pertimbangan etis seputar penggunaannya, dan perannya dalam membentuk masa depan diplomasi internasional, khususnya antara Indonesia dan Australia.
Inisiatif “Future is AI” juga diperkenalkan, yang bertujuan memperkuat hubungan Indonesia-Australia melalui penceritaan yang dibantu AI, dengan panggilan terbuka untuk kontribusi ke platform.
Menghubungkan Indonesia-Australia melalui AI-Enabled Storytelling
Fahd, dalam sambutannya, menekankan pentingnya penceritaan dalam membangun hubungan antar negara.
“Kita akan memainkan peran besar dalam penceritaan dan teknologi, yang memiliki keuntungan untuk hubungan antara Indonesia dan Australia. Kita harus menangani kesalahpahaman di tingkat masyarakat dengan mendorong kolaborasi dan kepercayaan. Karena saya percaya, cerita sangat kuat untuk menciptakan koneksi dan ikatan antara orang-orang,” ujar Fahd.
Ia menekankan perlunya lebih banyak cerita tentang Indonesia dan Australia untuk memperkuat hubungan antar negara.
Transformasi Sektor dengan AI
Prof. Dian Tjondronegoro menguraikan bagaimana AI dapat digunakan untuk melacak rantai pasokan kopi dari petani hingga konsumen.
“Bayangkan memiliki sistem yang dapat melacak data dari pertanian, produksi, pengolahan, ekspor-impor, pemanggangan hingga konsumsi. Semua data ini bisa kita lacak, yang bisa meningkatkan kualitas kopi dan memberikan informasi detail tentang asal-usul kopi yang kita nikmati,” jelasnya.
Sementara itu Prof. Faris Alfadhat menyoroti bagaimana AI telah mengubah cara manusia berinteraksi dan berkomunikasi dalam beberapa tahun terakhir.
Ia membandingkan perkembangan teknologi AI dengan awal mula Google yang memperkenalkan Google Translate pada tahun 2006.
“Dua tahun lalu, saya tinggal di Korea selama enam bulan. Dengan Google Translate, saya dapat dengan mudah berkomunikasi meskipun tidak menguasai bahasa Korea. Ini menunjukkan bagaimana teknologi AI mempermudah hidup kita dan memungkinkan kita berkomunikasi dengan orang di seluruh dunia,” ujar Faris.
Mengatasi Tantangan Etis dalam Penggunaan AI
Para pembicara juga membahas tantangan etis yang muncul dalam penggunaan AI. Prof. Faris Alfadhat menekankan pentingnya atribusi, sitasi, dan transparansi dalam konten yang dihasilkan oleh AI.
“Teks yang dihasilkan oleh AI harus memiliki atribusi yang jelas, apakah diciptakan oleh pengguna atau oleh AI itu sendiri. Selain itu, sumber informasi yang digunakan oleh AI harus disebutkan untuk menghindari plagiarisme,” tegasnya.
Workshop Future Stories AI diharapkan dapat memperkuat jaringan antara Australia dan Indonesia melalui penceritaan yang inovatif berbasis AI, serta mendorong kolaborasi yang lebih erat di masa depan.
Masih ada satu hari lagi besok, jangan lewatkan kesempatan untuk belajar dari para ahli terkemuka dan memahami lebih dalam tentang peran AI dalam penceritaan dan hubungan internasional.