Pasar komoditas global kembali dikejutkan dengan lonjakan harga Rhodium, logam yang disebut-sebut lebih langka dari emas. Nilai komoditas ini melonjak tajam, mencatat kenaikan hingga 50 persen sepanjang tahun ini, menjadikannya salah satu aset dengan performa terbaik di pasar global.
Mengacu data Refinitiv, harga Rhodium sempat menyentuh US$7.450 per troy ons pada Kamis pekan lalu (31/7/2025). Meskipun sempat melemah 0,72 persen pada perdagangan Senin (4/8/2025) ke level US$6.890 per troy ons, tren kenaikan ini tetap signifikan. Sebagai perbandingan, dalam periode yang sama, emas hanya melonjak 28,5 persen, perak 29,5 persen, dan tembaga 11 persen.
Lonjakan harga ini bukan tanpa sebab. Analis pasar logam mulia Olegs Jemeljanovs menyebut Rhodium 100 kali lebih langka dari emas. Kelangkaan ini diperburuk oleh beberapa faktor, mulai dari pasokan yang sangat terbatas, permintaan yang terus tinggi, hingga spekulasi pasar.
Pasokan Terbatas dan Gangguan Produksi
Sebanyak 80-90 persen produksi Rhodium dunia berasal dari Afrika Selatan. Namun, produksi di negara ini kerap terganggu oleh berbagai masalah, seperti pemogokan pekerja, krisis listrik nasional, hingga instabilitas politik dan keamanan.
Kondisi ini semakin diperparah karena Rhodium bukanlah hasil tambang utama, melainkan produk sampingan dari penambangan platinum dan nikel. Hal ini membuat peningkatan produksinya sulit dan lambat.
Proyeksi dari Metals Focus menunjukkan, pasar Rhodium akan mengalami defisit sebesar 105 ribu troy ons pada tahun 2025. Akibatnya, stok global diperkirakan menyusut 23 persen, menjadi level terendah dalam empat dekade terakhir.
Industri Otomotif
Rhodium memegang peranan krusial dalam industri otomotif, khususnya sebagai komponen utama dalam catalytic converter pada kendaraan bermesin bensin. Alat ini berfungsi untuk menekan emisi gas berbahaya.
Seiring dengan semakin ketatnya regulasi emisi di berbagai negara, kebutuhan Rhodium per kendaraan pun ikut meningkat.
Meskipun tren kendaraan listrik terus tumbuh, produksi mobil bensin dan hibrida masih mendominasi pasar. Hal ini membuat permintaan Rhodium belum tergantikan dalam waktu dekat.
Para produsen otomotif bahkan banyak yang melakukan penimbunan stok (stockpiling) untuk mengantisipasi gangguan pasokan, yang pada akhirnya memperburuk ketidakseimbangan pasar dan memicu kenaikan harga yang semakin liar.
Secara kimia, Rhodium juga sulit diganti oleh logam lain seperti platinum atau paladium. Hal ini membuat permintaannya tetap tinggi, bahkan ketika harganya sudah melambung.
Dengan pasokan yang menipis dan kebutuhan industri yang stabil, harga Rhodium diprediksi akan terus bergejolak, menjadikannya magnet bagi para investor yang berani mengambil risiko.
Permintaan Mobil Masih Kuat, Meski EV Mengancam
Meski era kendaraan listrik (EV) terus berkembang, permintaan Rhodium dari sektor otomotif tetap tinggi, bahkan menggerus prospek jangka panjang logam katalis lain seperti platinum dan paladium.
Kondisi ini membuat harga Rhodium terus melonjak, menjadikannya salah satu komoditas paling menarik di pasar.
Tahun ini, permintaan Rhodium diproyeksikan mencapai 1.059 ribu troy ons. Angka ini memang turun 8 persen secara tahunan, tetapi masih jauh di atas pasokannya yang hanya 954 ribu troy ons.
Ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan ini secara langsung menciptakan defisit pasar dan menjaga tekanan kenaikan pada harga.
Sejarah harga Rhodium memang dikenal ekstrem. Pada puncaknya di tahun 2021, harganya sempat menyentuh US$29.500 per troy ons sebelum akhirnya anjlok 70 persen. Namun kini, di tengah pasokan yang minim dan kebutuhan industri yang stabil, Rhodium kembali menjadi magnet investasi alternatif.
“Jika platinum 15-30 kali lebih langka dari emas, maka rhodium 100 kali lebih langka dari emas,” tulis Olegs Jemeljanovs, seorang analis pasar logam mulia, dalam artikelnya di Data Driven Investor.
Lonjakan harga Rhodium merupakan cerminan dari kelangkaan pasokan global dan ketergantungan industri otomotif pada logam ini. Selama defisit pasokan masih berlanjut dan stok fisik terus menipis, Rhodium kemungkinan besar akan tetap menjadi logam yang harganya sangat bergejolak, tetapi menarik bagi para investor.
Kebutuhan Rhodium yang vital dalam catalytic converter kendaraan bermesin bensin untuk menekan emisi gas buang, ditambah dengan sulitnya mengganti logam ini secara kimiawi, memastikan permintaan akan tetap tinggi. Inilah yang menjadi faktor utama di balik kegilaan pasar Rhodium saat ini.