Bisnis Kereta Whoosh ternyata mentereng secara penampilan, namun memprihatinkan secara ekonomi. Bayangkan saja, BUMN karya ini harus menderita tekor besar gara-gara punya saham di Kereta Whoosh yang dulunya bernama Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
Adalah PT Wijaya Karya Tbk (Persero/WIKA), nasibnya bak pepatah: sudah jatuh tertimpa tangga pula. BUMN karya ini, yang harus menanggung rugi bertubi-tubi. Karena ikut konsorsium BUMN yang mengelola Kereta Whoosh.
Beban yang ditanggung WIKA berupa tunggakan utang pembangunan, hingga penurunan nilai investasi.
Dikutip dari laporan keuangan WIKA di semester I-2025, terungkap, WIKA mencatat saldo pekerjaan dalam proses konstruksi (PDPK) senilai Rp5,01 triliun. Saldo itu, berisikan klaim atas pekerjaan yang masih proses adendum, arbitrase hingga mediasi.
Klaim tersebut berasal dari pembengkakan biaya proyek atau cost overrun saat proses pembangunan infrastruktur untuk kereta Whoosh.
Artinya, WIKA memiliki piutang konstruksi yang belum dibayar PT Kereta Ai Indonesia (Persero/KAI) selaku pemilik proyek KCJB. “Saat ini, WIKA sedang mengupayakan penagihan Rp5,01 triliun atas pengerjaan proyek kereta cepat kepada pemilik proyek,” ujar Corporate Secretary WIKA, Ngatemin dikutip Senin (18/8/2025).
Informasi saja, operasional kereta Whoosh berada di bawah PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Di mana, PSBI merupakan konsorsium yang beranggotakan PT Jasa Marga Tbk (Persero/JSMR), PT Perkebunan Nusantara I (Persero/PTPN I), WIKA, dan KAI sebagai leading konsosium dengan saham terbesar sekitar 58,53 persen.
Selain klaim yang belum dibayar, WIKA harus menanggung penurunan investasi yang nilainya cukup gede, lebih dari Rp4 triliun. Kalau ditotal dengan piutang yang masih nyangkut di KAI, WIKA merugi lebih dari Rp9 triliun. “Nilai investasi ventura bersama merupakan porsi penyertaan WIKA selaku anggota konsorsium PSBI,” kata Ngatemin.
Penurunan itu ada kaitannya dengan serangkaian setoran modal yang sebelumnya dilakukan. Pada 28 November 2022, WIKA menyetor modal senilai Rp6,11 triliun ke PSBI. Setoran ini membuat WIKA kala itu menjadi pemegang 39,12 persen saham PSBI.
Kemudian pada Desember 2024, PSBI menerbitkan 2,69 juta saham senilai Rp2,69 triliun. Saham ini sepenuhnya diserap oleh KAI, sehingga kepemilikan WIKA di PSBI terdilusi menjadi 33,36 persen.
Pada 30 Juni 2025, penyertaan modal WIKA di PSBI sebesar Rp2,39 triliun dan tercatat sebagai saldo investasi ventura bersama. Saldo ini mencerminkan adanya akumulasi penurunan nilai setara Rp4,32 triliun jika dibanding dengan total setoran modal awal WIKA ke PSBI.