Imbas Ledakan Garut, Pengamat Militer: Lokasi Gudang Amunisi Harusnya Jauh dari Masyarakat

Imbas Ledakan Garut, Pengamat Militer: Lokasi Gudang Amunisi Harusnya Jauh dari Masyarakat


Pengamat Militer Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting menilai sangat kecil sekali kemungkinan adanya sabotase di balik meledaknya amunisi di Gudang Amunisi 3 Pusat Peralatan Angkatan Darat di Garut, Jawa Barat, hari ini.

Biasanya, kata dia, proses disposal (pemusnahan amunisi) yang sudah kedaluwarsa atau afkir dilakukan sangat ekstra hati-hati. Bahkan dilakukan di dalam banker maupun sumur khusus yang jauh dari permukiman penduduk.

“Gudang-gudang amunisi militer biasanya letaknya jauh dari permukiman penduduk agar menghindari dampak kimia dari mesiu amunisi. Kemungkinan kuat, meledaknya amunisi tersebut, karena bangunannya itu dibuat sudah cukup lama, sejak beberapa dekade. Bisa 39-40 tahunan,” tutur Selamat kepada inilah.com saat dihubungi di Jakarta, Senin (12/5/2025).

Ia menyebut, bila melihat atau merujuk kepada pembangunan gudang, biasanya di kawasan lahan kosong yang dibangun dengan berbagai pertimbangan, keamanan dan keselamatan. Pembangunan gudang-gudang amunisi itu biasanya menggunakan bunker di bawah tanah, kemudian juga dijauhkan dari jaringan listrik supaya tidak terjadi kecelakaan.

Tetapi, lanjut Selamat, bersamaan dengan perkembangan kota, misalnya pembangunan perumahan, terkesan gudang ini dekat dengan perumahan atau permukiman penduduk.

“Padahal awalnya jauh dari jangkauan penduduk. Satuan satuan militer itu dibangun dulunya pasti jauh dari pemukiman warga. Tapi seperti kita lihat di Jabodetabek, misalnya, seperti Cilandak ada kesatrian Korps Marinir. Sekarang di lokasi itu malah jadi banyak warga di situ, banyak perumahan, bahkan pusat perbelanjaan dan mal. Begitu juga Cijantung, Cililitan, Halim Perdanakusuma, Lenteng Agung dan lain lain,” ungkapnya.

Dulu kawasan tersebut memang daerah pinggiran ibu kota untuk basis-basis pangkalan militer termasuk gudang-gudang militer ini. Menurutnya, keberadaan gudang amunisi masuk dalam objek vital yang harus dijaga, karena gudang amunisi menampung bekas amunisi yang sudah tidak terpakai atau sudah kedaluwarsa, dan dalam proses disposal atau proses penghancuran.  

“Tentu penghancuran juga harus dilakukan di tempat yang jauh dari pemukiman warga dan penduduk. Jadi ke depan tentu harus juga diperhatikan pembangunan pembangunan perumahan, pemukiman, serta pusat perbelanjaan atau mal yang mestinya tidak terlalu dekat dengan pangkalan pangkalan militer,” tegas Selamat.

Memang biasanya di mana ada pangkalan militer di situ ada perkembangan kemajuan kesejahteraan masyarakat merasa lebih aman, nyaman, kalau ada satuan satuan militer di dekat wilayahnya. Tapi dampaknya bisa fatal. Maka sebenarnya harus diperhatikan berapa radius kilometer yang bisa dibangun, karena ini objek-objek vital strategis negara.

Ia kemudian meminta agar kedepannya TNI harus melakukan evaluasi kembali tentang keberadaan gudang-gudang amunisi ini, karena sangat berbahaya.

“Kalau kita lihat apa isi amunisinya, misalnya kalau amunisi meriam dengan daya jangkau bisa 60 km, maka kalau ditembak dari Ancol bisa sampai Bogor dan itu bisa membahayakan, maka harus lebih ekstra hati-hati penanganannya di tengah kemajuan pesatnya pembangunan di kawasan kawasan dekat satuan satuan militer,” kata dia.

Terlebih lanjutnya, Pusat Peralatan Angkatan Darat tugasnya adalah merawat alat utama sistem senjata, baik itu kendaraan tempur, senjata, maupun amunisinya.
 

Komentar