INDEF Ingatkan Dampak Utang Luar Negeri Bisa Bikin Rupiah Loyo

INDEF Ingatkan Dampak Utang Luar Negeri Bisa Bikin Rupiah Loyo


Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto menyatakan secara umum risiko utang luar negeri saat ini masih moderat, dan belum menimbulkan gejolak di pasar uang.

“Namun meskipun peningkatan ULN tersebut masih moderat, upaya pengelolaan ULN harus prudent, karena aspek geopolitik dunia terus memanas sehingga dapat berdampak ke nilai tukar Rupiah,” ucap Eko kepada inilah.com saat dihubungi di Jakarta, dikutip pada Senin (19/5/2025).

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengumumkan utang luar negeri Indonesia pada triwulan I 2025 mencapai US$430,4 miliar atau sekitar Rp 7.144,6 triliun

Dengan kurs Rp16.558/US$, ULN Indonesia setara dengan Rp7.144,6 triliun. Porsi ULN di triwulan I-2025 itu, meningkat 6,4 persen secara tahunan atau year on year (tiwulan I-2024). Jika dibandingkan dengan ULN kuartal IV-2024 naik 4,3 persen.

Kendati demikian, BI bersikukuh ULN Indonesia masih terjaga. “Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I 2025 terjaga,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dikutip Jumat (17/5/2025).

BI mencatat ULN pemerintah Indonesia pada kuartal I-2025, melejit 7,6 persen secara tahunan (year on year/yoy). Di mana, utang pemerintah saat ini mencapai US$206,9 miliar (Rp3.425,9 triliun) atau tumbuh 3,3 persen dibandingkan triwulan IV-2024.

Ramdan mengatakan perkembangan utang luar negeri ini dipengaruhi penarikan utang dan aliran masuk modal asing di Surat Berharga Negara (SBN) internasional. Dengan masuknya dana asing untuk membeli SBN, artinya pemerintah menambah utang baru.

Ramdan meyakinkan pemerintah akan tetap menjaga kredibilitas dengan mengelola ULN secara hati-hati, terukur, dan akuntabel untuk mewujudkan pembiayaan yang efisien dan optimal. 

Komentar