INDEF: Kesejahteraan Petani Belum Merata, Insentif Produksi Jadi Kunci

INDEF: Kesejahteraan Petani Belum Merata, Insentif Produksi Jadi Kunci


Kepala Pusat Makro Ekonomi dan Keuangan INDEF, M Rizal Taufikurahman, menilai kesejahteraan petani di Indonesia masih belum merata meski indikator Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan tren positif.

“Saya kira kalau dilihat dari NTP memang cenderung naik. Tapi dari NTUP-nya, cenderung stagnan,” kata Rizal dalam Podcast Jurnalisik Inilah.com bertema Inilah80: Merdeka Dulu, Mandiri Kemudian, dikutip Selasa (19/8/2025).

Menurut Rizal, ukuran kesejahteraan biasanya dilihat dari sisi ekonomi. Namun fakta di lapangan menunjukkan mayoritas kemiskinan masih berada di desa, sementara tren terbaru justru memperlihatkan kenaikan di perkotaan.

“Artinya petani itu, kalau bicara sejahtera, kemarin persis kami ke petani langsung. Saya tanya, apakah sekarang sudah memberikan kesejahteraan? Ya pelan-pelan. Tapi ini juga dengan kerja keras yang luar biasa,” jelasnya.

Rizal menambahkan, petani yang inovatif dengan budidaya modern relatif lebih mampu bertahan. Karena itu, ia menekankan perlunya dukungan pemerintah, terutama pada input produksi.

“Saya kira pertama dari sisi input. Tentu saja harus diberikan insentif. Namanya pertanian ya memang harus diberikan insentif di inputnya, di produksinya. Termasuk pupuk. Pupuk itu memang urgent bagi pertanian. Cuma kalau berlebihan juga bisa menurunkan kesuburan tanah dalam jangka panjang. Tetapi itu penting,” tutur Rizal.

Ia juga menyoroti kenaikan angka kemiskinan di kota hingga 220 ribu orang pada Maret 2025. Menurutnya, faktor utama adalah daya beli masyarakat. “Penyebabnya adalah tentu saja daya beli. Kan kemiskinan itu, ada garis kemiskinannya,” sambungnya.

Sementara itu, terkait polemik data Badan Pusat Statistik (BPS), Rizal menilai metodologi yang digunakan sudah sah, namun perbedaan standar acuan kerap menimbulkan kesan anomali.

“Mengapa kenyataannya dengan data seringkali anomali, paradok terkesannya. Memang itu (jadi) catatan,” ucap Riza.

Ia mencontohkan laporan pertumbuhan ekonomi terbaru yang mencapai 5,12 persen. “Kalau prediksi kami di indef itu 4,8%. Memang lembaga-lembaga kemarin itu tercengang semua. Tidak ada yang memprediksi di atas 5,” pungkasnya.

*Saksikan Podcast Jurnalisik Inilah.com selengkapnya di sini
 

Komentar