Indonesia 80 Tahun, Menggali Tambang Emas Olimpiade

Indonesia 80 Tahun, Menggali Tambang Emas Olimpiade


Prestasi olahraga yang gemilang dapat meningkatkan citra positif negara di mata dunia. Negara yang memiliki atlet-atlet berprestasi seringkali dianggap lebih maju, terorganisir, dan memiliki potensi besar. 
 

Olimpiade Paris 2024 jadi saksi sejarah perkembangan olahraga Indonesia di kancah dunia. Untuk pertama kalinya, Indonesia mampu meraih dua medali emas, namun bukan dari cabang yang paling diandalkan, bulu tangkis.

Dua keping emas dari Paris, dibawa pulang oleh atlet Angkat Besi dan Panjat Tebing, Rizki Juniansyah dan Veddriq Leonardo. Bulu tangkis tetap menyumbang medali perunggu dari Gregoria Mariska Tunjung.

Dua medali emas dan satu perunggu jadi prestasi menonjol Indonesia yang sudah mengikuti Olimpiade sejak tahun 1952 di Helsinki.

Selama 17 kali mengikuti ajang olahraga paling bergengsi di dunia itu, Indonesia total sudah mengumpulkan 40 medali. Dengan rincian 10 Emas, 14 Perak, dan 16 Perunggu.

Namun, selain Olimpiade Prancis dan Barcelona 1992, Indonesia hanya mampu meraih satu medali emas di tiap gelaran dan bulu tangkis adalah tumpuannya.

Mulai Sdyney 2000, angkat besi mulai jadi pendulang rutin medali untuk Merah Putih, hingga puncaknya di Paris 2024 medali emas berhasil diraih atlet angkat besi.

Panjat Tebing yang dalam beberapa tahun terakhir jadi andalan, khususnya di nomor speed, bakal jadi andalan olahraga baru bagi Indonesia untuk mendulang emas.

Masalahnya, panjat tebing masih belum jadi nomor tetap di Olimpiade. Sehingga untuk Olimpiade LA 2028 mendatang, panjat tebing masih harus diperjuangkan untuk masuk dalam kategori olahraga yang dipertandingkan.

photo-collage.png (3).png
Peraih Medali Emas dan Perunggu Olimpiade Paris 2024 (Foto:NOC Indonesia)

Olahraga Simbol Kejayaan Negara

Olahraga dapat menjadi simbol kejayaan suatu negara karena mampu membangkitkan rasa kebanggaan nasional, identitas, dan persatuan. Prestasi olahraga, terutama di ajang internasional, seringkali diasosiasikan dengan keberhasilan dan kekuatan suatu negara, serta menjadi ajang unjuk diri di mata dunia.

Prestasi olahraga saat ini jadi ajang keunggulan sebuah negara. Di olimpiade, Amerika Serikat (AS) dan China sebagai negara besar, jadi pesaing utama untuk menjuarai event multi olahraga empat tahunan tersebut.

Kedua negara superpower itu, saling bersaing menjadi juara di tiap olimpiade setidaknya selama dua dekade terakhir.

China muncul sebagai kekuatan baru dalam olimpiade, terutama dalam beberapa dekade terakhir, dengan banyak medali di cabang olahraga seperti atletik, akuatik, senam dan bulu tangkis.

Selain bulu tangkis, atletik dan akuatik jadi penyumbang terbanyak medali di olimpiade.

Atletik adalah salah satu cabang olahraga utama di Olimpiade, dan biasanya memiliki jumlah nomor pertandingan terbanyak. Ini berarti ada banyak medali yang diperebutkan dalam berbagai nomor lintasan, lapangan, dan jalan.

Meskipun persentase pastinya bervariasi, atletik seringkali menyumbang sekitar 10-15% dari total medali yang diperebutkan di setiap Olimpiade.

Pada Olimpiade Tokyo 2020, terdapat 48 nomor pertandingan atletik putra dan putri, yang menghasilkan 48 set medali (emas, perak, perunggu).

Atletik sering dianggap sebagai “ibu dari semua olahraga” karena mencakup gerakan dasar manusia seperti berlari, melompat, dan melempar. Medali dalam atletik seringkali menjadi tolok ukur prestasi olahraga secara keseluruhan.

Begitu juga dengan Akuatik di olimpiade, saat ini sekitar 15-16 persen medali di olimpiade berasal dari cabang olahraga akuatik. AS adalah rajanya akuatik di olimpiade. Dominasinya terus bertahan hingga memecahkan rekor yang belum pernah ada dalam sejarah olimpiade.

Perenang AS Michael Phelps memegang rekor sebagai atlet dengan medali emas Olimpiade terbanyak yaitu 23 medali emas dari empat Olimpiade berbeda.

Screenshot 2025-08-18 083728.png
Daftar Perolehan Medali Indonesia di Olimpiade (Foto: Wikipedia)

Berguru dari Suhu

Dari sederet fakta di atas, sudah saatnya Indonesia berguru dari suhu-nya. China bisa jadi contoh nyata bagaimana mereka bisa jadi kekuatan baru olahraga dunia. China menunjukkan konsentrasi dan fokusnya pada cabang olahraga (cabor) unggulan pendulang medali emas.

Mereka memang kalah dan belum mampu bersaing dalam cabor atletik. Namun Negeri Tirai Bambu mampu menutupnya dengan dominasi di bulu tangkis dan akuatik.

Lalu sudah sampai mana Indonesia?

Senin 4 Agustus 2025 lalu, Pengurus Besar Akuatik Indonesia (PBAI) periode 2025-2029 resmi dilantik. Di bawah komando Anindya Bakrie, akuatik Indonesia bergerak naik ke level yang lebih tinggi.

“Beberapa hal yang kita lakukan tentu kembali bahwa Akuatik Indonesia ini bukan saja renang, ada water polo yang kita pernah juara SEA Games 2019 yang kita rebut kembali di akhir tahun di SEA Games ini sampai kepada tentunya loncat indah, renang indah,” kata Anindya usai pelantikan PB AI di Jakarta, Senin (4/8/2025).

Langkah tersebut menjadi bagian dari strategi jangka panjang PB Akuatik Indonesia untuk meloloskan lebih banyak atlet ke Olimpiade 2028 Los Angeles melalui jalur kualifikasi A, bukan sekedar wildcard.

Untuk ke olimpiade sebagai pemain utama, akuatik Indonesia akan mulai menguasai ASEAN level di SEA Games 2025 akhir tahun nanti.”Jadi, kita belum mencapai di sana pada saat ini tapi kedepannya kita ingin meloloskan lebih banyak lagi atlet di kualifikasi A dan mudah-mudahan di 2028, kalau tidak 2032 di Brisbane kita bisa mendapatkan medali supaya juga mengikuti olahraga-olahraga lain,” ujar Anindya.

Tak hanya fokus pada SEA Games, Anindya juga mematok target prestasi di berbagai ajang internasional lainnya seperti Asian Youth Games 2025 di Bahrain, yang akan menjadi batu loncatan penting bagi perenang muda Indonesia menuju Youth Olympic Games Dakar 2026.

Dukungan dari Menteri Pemuda dan Olahraga RI Dito Ariotedjo juga turut memperkuat ambisi besar tersebut. Menpora menegaskan pentingnya menjadikan SEA Games dan Asian Games sebagai tolak ukur, dengan target jangka panjang mencetak sejarah di Olimpiade.

“Bagaimana nanti Olimpiade di area itu kita minimal bisa lolos kualifikasi A, bukan wildcard. Itu menurut saya sudah menjadikan tonggak sejarah,” kata Menpora Dito.

“Pastinya kita sangat berharap kalau di SEA Games kita kan lumayan unggul dan untuk akuatik pasti kita berharap bisa mempertahankan. Berapa medalinya nanti akan ada hitungan khususnya, nanti akan kita umumkan.”

Nama-nama atlet akuatik terbaik Indonesia seperti I Gde Siman Sudartawa, Masniari Wolf, Farrel Armindo Tangkas, hingga Felix Viktor Iberle siap membawa Indonesia menguasai ASEAN, dan menembus persaingan renang dunia.

Prestasi Jalur Naturalisasi

Menteri Pemuda dan Olahraga RI Dito Ariotedjo mendukung proses naturalisasi atlet akuatik, terutama yang berasal dari kalangan diaspora, sebagai bagian dari strategi peningkatan prestasi Indonesia di ajang multievent internasional.

Langkah tersebut tidak akan mengganggu proses pembinaan olahraga dalam negeri. Cabang olahraga akuatik bersifat kolektif dan memiliki tantangan tersendiri dalam membentuk tim yang kompetitif.

“Menurut saya ini yang harus dipahami seluruh masyarakat. Akuatik ini bukan olahraga berdua. Jadi kalaupun ada diaspora atau naturalisasi, dan ini yang half blood, ya masuk, itu tidak akan mengganggu pembinaan olahraga atau permainan,” kata Menpora usai pelantikan Pengurus Besar Akuatik Indonesia periode 2025-2029 di Jakarta, Senin (4/8/2025).

Banyak negara besar memanfaatkan jalur naturalisasi untuk memperkuat skuad nasional mereka. Salah satu contohnya adalah tim nasional 3×3 China yang menurut dia seluruh pemainnya bukan berdarah asli China.

“Kemarin kita belum lama ini menggelar kejuaraan dunia 3×3 di Indonesia. Timnas China itu semuanya tidak ada orang China. Ini yang dilakukan negara-negara maju lain untuk mempertahankan posisi mereka di multievent,” ujar Menpora Dito.

“Tapi kalau Indonesia saya berharap kita belum naturalisasi yang full blood tapi kita cari dulu potensi diaspora-nya dulu. Nah ini yang saya kira urgensi karena nantinya menaikkan peringkat dan juga medali di multievent ini pasti akan berdampak kepada ekosistem yang lainnya.”

“PB Akuatik Indonesia harus menjaring dan melatih atlet potensial seluruh negeri. Jadi federasi harus melakukan penjaringan talent terbaik dari seluruh Indonesia secara sistematis. Kalau perlu, diaspora pun juga tidak masalah. Dan kami sudah memiliki database-nya, sudah diberikan kepada Pak Sekjen,” kata Menpora Dito.

Di bawah kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto, Indonesia bisa meloloskan atlet akuatik ke Olimpiade Los Angeles 2028 dalam kategori kualifikasi A.

Tantangan Indonesia Berlari Lebih Kencang

Kabar terbaru dari dunia atletik Indonesia saat ini, adalah rencana pergantian ketua umum lewat Kongres Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) untuk periode 2025-2029 yang dijadwalkan berlangsung pada 30 Agustus 2025 di Solo, Jawa Tengah.

Luhur Binsar Pandjaitan jadi satu-satunya calon pada bursa ketum PB PASI periode 2025-2029. Seperti kurang menarik memang, tak ada persaingan dalam kepengurusan selanjutnya seakan jadi gambaran prestasi atletik nasional.

Atlet jalan cepat nasional, Hendro Yap. Dalam pernyataannya kepada Inilah.com, Sabtu (2/8/2025), buka-bukaan soal mengapa hanya Luhut yang berani maju. 

Menurutnya, kompleksitas dan tantangan besar di balik pengelolaan atletik nasional membuat banyak tokoh akhirnya mundur sebelum benar-benar terjun. Salah satu nama besar yang sempat disebut ingin maju adalah Ketua DPR RI, Puan Maharani. Namun, menurut Hendro, nama-nama itu mundur setelah mengetahui rumitnya dunia atletik.

“Seperti kemarin sebelum Pak Luhut terpilih sebagai ketua, sempat ada beberapa kandidat, termasuk dari DPR seperti Bu Puan dan lainnya. Tapi mundur, karena setelah tahu, ternyata atletik itu bukan cuma satu orang di nomor 10.000 meter atau 5.000 meter,” jelasnya.

“Nomornya banyak sekali, setiap nomor punya pelatih masing-masing, harus ada psikolog, dan sebagainya. Banyak yang kaget melihat kebutuhan dananya juga besar,” ungkapnya.

Karena itu, Hendro menilai hanya Luhut yang saat ini punya kapasitas dan keberanian untuk menjalankan organisasi sebesar PB PASI. “Kalau bukan Pak Luhut, tidak mungkin bisa jalan cabang olahraga atletik,” tegasnya.

Ia pun mengakui banyak kemajuan yang terjadi sejak Luhut menjabat, termasuk hadirnya pusat pelatihan nasional di Pangalengan, Bandung, yang menurutnya belum pernah diwujudkan di era Bob Hasan.”Setelah Pak Bob lengser, kami enggak punya warisan apapun. Enggak punya lapangan, enggak punya peralatan. Baru setelah Pak Luhut masuk, mulai ada perubahan,” ujarnya.

Prestasi Atletik Generasi Muda

Tim Nasional Atletik Indonesia menorehkan prestasi di kancah internasional. Atletik Indonesia sukses di ajang 85th Singapore Open Track and Field Championships., 

Ada juga pencapaian mentereng didapat di 2025 Taiwan International Indoor Pole Vault Meet dan 2025 Nantou International Pole Vault Invitational Meet 85th Singapore Open Track and Field Championships digelar di National Stadium, Singapore Sports Hub, pada 24-25 April 2025. Indonesia berhasil membukukan 11 medali dengan rincian 6 emas, 2 perak dan 3 perunggu.

Capaian mentereng datang dari Yad Hapizudin, atlet muda asal Nusa Tenggara Barat (NTB), yang meraih emas di nomor 1.500 meter putra dengan catatan waktu 03:53.99, sekaligus melampaui Rekor Nasional (Rekornas) U20 milik Rachman Deviandi (03:56.47) yang bertahan sejak 1996.

Di sektor lempar lembing, Silfanus Ndiken asal Papua Selatan tampil luar biasa dengan lemparan sejauh 66,90 meter, mempersembahkan medali emas sekaligus mencetak personal best baru, melampaui rekor sebelumnya 66,39 meter yang dicapainya saat PON 2024.

Pada hari pertama, Indonesia berhasil mengamankan empat medali emas melalui Yad Hapizudin di 1.500 meter putra, Silfanus Ndiken di lempar lembing putra, Novia Nur Nirwani di 1.500 meter putri (04:34.84), dan Daniel Simanjuntak asal Sumatera Utara di nomor 5.000 meter putra (14:47.79).

Selain itu, dua medali perak diraih oleh atlet asal Jawa Timur, yaitu Mila Karmila di nomor 3.000 meter steeplechase putri (11:42.55) dan Maulana Ismail di nomor 400 meter putra (48.64).

Attina Nurkamil Bahtiar dari Jawa Tengah menambah medali perunggu di nomor lempar lembing putri (46,31 meter), sedangkan Rafael dari DKI Jakarta meraih perunggu di nomor lompat tinggi putra (2,06 meter).

Pada hari kedua, Indonesia kembali menunjukkan performa impresif dengan menyabet dua medali emas. Nofeldi Petingko asal Sulawesi Tengah tampil sebagai juara di nomor 10.000 meter putra (32:03.66), sementara Idan Fauzan Richsan dari Jawa Barat sukses mengamankan emas di nomor lompat galah putra dengan lompatan setinggi 5,15 meter. Satu medali perunggu juga berhasil diamankan melalui atlet muda asal DI Yogyakarta, Mutiara Oktarani, di nomor 800 meter putri dengan waktu 02:14.46.

Sebelumnya, Tim Lompat Galah Indonesia juga mencatat hasil gemilang dalam dua ajang bergengsi di Taiwan, yakni 2025 Taiwan International Indoor Pole Vault Meet dan 2025 Nantou International Pole Vault Invitational Meet, yang digelar pada 26 dan 30 Maret 2025.

Pada ajang indoor, Idan Fauzan Richsan kembali mencetak sejarah dengan memecahkan Rekor Nasional Lompat Galah Indoor Putra lewat lompatan 5,22 meter, melampaui rekor sebelumnya 5,20 meter yang ia catat pada 2024. Di sektor putri, Diva Renatta Jayadi asal DKI Jakarta mencatat lompatan setinggi 4,00 meter, menyamai Rekornas Lompat Galah Indoor Putri milik Desi Margawati yang telah bertahan sejak 2009.

Prestasi Diva semakin gemilang di ajang 2025 Nantou International Pole Vault Invitational Meet, di mana ia berhasil meraih juara pertama dengan lompatan 4,30 meter. Hasil ini sekaligus memecahkan Rekor Nasional Lompat Galah Putri sebelumnya (4,20 meter) yang ia catatkan pada PON XXI tahun 2024.

Komentar