Filanesia, filosofi sepak bola Indonesia. Dasar dan karakter permainan sepak bola Indonesia. Filosofi ini menekankan pada gaya bermain menyerang (attacking), transisi (transition), dan bertahan (defending).
Pertengahan Oktober mendatang, tepatnya tanggal 8-14, bakal jadi seminggu paling menegangkan bagi seluruh rakyat Indonesia.
11 pemain dengan seragam garuda di dada, bakal bertanding di putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia melawan Arab Saudi dan Irak.
Skuad Garuda akan memperebutkan satu tiket langsung lolos putaran final piala dunia yang akan berlangsung di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Mimpi melihat Timnas Indonesia main di piala dunia, tinggal sedikit lagi menjadi nyata.
Lolos hingga putaran keempat kualifikasi piala dunia, adalah perjalanan terjauh skuad Indonesia dalam sejarah. Ini adalah peluang terbesar, Indonesia begitu dekat dengan turnamen sepak bola paling megah di dunia.
Merayakan 80 tahun kemerdekaan RI, tiket piala dunia rasanya bakal jadi kado terindah untuk seluruh rakyat Indonesia!
Untuk mencapai tujuan “mulia” dalam sepak bola tersebut, Timnas Indonesia akan memanfaatkan FIFA Match Day September 2025 mematangkan taktik dan strategi. Di bawah asuhan Patrick Kluivert, Timnas Indonesia bakal menggelar uji coba di Gelora Bung Tomo, Surabaya, menghadapi Kuwait dan Lebanon, dua tim yang punya gaya permainan khas Timur Tengah.
Berat memang jika melihat Irak dan Arab Saudi menjadi lawan Indonesia di putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026. Apalagi Arab dapat previllege menjadi tuan rumah, dan Irak yang begitu sulit dikalahkan saat bertemu Timnas Indonesia.
Namun seperti salah satu kutipan termasyur dalam sepak bola, “bola itu bundar,”. Harapan itu pula yang dipegang pemerhati bola Indonesia, Akmal Marhali.”Namun tidak ada yang tidak mungkin, di sepak bola kan,” katanya kepada Inilah.com.
Sebagai pengingat dan penambah semangat, kata Akmal, skuad Garuda sukses menundukkan Arab Saudi yang peringkatnya jauh di atas Rizky Ridho Cs.”Kita melawan Arab Saudi kita sekali tahan mereka imbang 1-1, kemudian kita kalahkan mereka 2-0 kan, di GBK,” kata pendiri Save Our Soccer (SOS) itu. Sayangnya, Indonesia tak mampu mengejutkan Irak dalam tiga kali pertemuan terakhirnya.

Timnas Indonesia masih berpeluang menambah kekuatan dari naturalisasi untuk menyambut ronde keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Dokumen keempat pemain yang masih rahasia itu, sudah diurus federasi dan tinggal menunggu persetujuan dewan sebelum diambil sumpah setia sebagai warga negara Indonesia.
Namun persiapan uji coba hingga naturalisasi menuju piala dunia bukan tanpa kendala. Akmal menyoroti kurang tajamnya lini depan. Ketergantungan Timnas Indonesia pada Ole Romeny saat ini bisa jadi bumerang karena sang striker mengalami cedera saat main bersama klubnya, Oxford United di Indonesia.
“Jadi kalau di babak keempat ini, semua pertandingan menurut saya adalah final dan itu harus ditanamkan di tim kita. Tambah lagi kita nanti ada masalah lagi, apakah kemudian Ole Romeny sudah sembuh,” katanya.
“Apakah kemudian Mauro Ziljstra sudah bisa bergabung, atau kemudian Miliano Jonathans juga sudah menjadi warga negara Indonesia, termasuk Adrian Wibowo dan nama-nama lainnya yang kabarnya ada 3 atau 4 nama yang akan menjadi WNI kembali, dan itu kan juga butuh adaptasi,” kata Akmal menyinggung soal rencanan naturalisasi tahap selanjutnya.
Sebagai pecinta sepak bola, dengan segala kekurangan dan hambatan yang ada, Akmal dan tentunya seluruh rakyat Indonesia, tetap menyimpan harapan besar, Indonesia berlaga di Piala Dunia! tepat saat rakyat merayakan 80 tahun kemerdekaan.
“Ya pastinya itu akan menjadi kado istimewa, tapi itu bukan hal yang mudah seperti kita bagaimana berjuang waktu itu memerdekaan negeri ini, kita butuh 350 tahun, kita butuh waktu 3,5 tahun juga kan, untuk kemudian akhirnya benar-benar kita merdeka, dan ini perjuangan yang tidak mudah dan sangat berat,” tandasnya.
Timnas Bersinar, Liga Apa Kabar?
Di saat Timnas bersinar dengan harapan tinggi membawa Indonesia ke piala dunia, urusan kompetisi nasional masih belum memuaskan.
Indonesia Super League musim 2025/2026 baru saja dimulai, namun masih ada aja kekurangan. Baik dari segi broadcast, hingga aturan larangan suporter away yang masih berlaku untuk musim ini.
Operator memang terus berbenah dengan menghadirkan teknologi kelas satu seperti VAR, hingga wasit asing dalam pertandingan.
Namun salah satu yang bikin khawatir masa depan sepak bola Indonesia adalah kuota pemain asing.”Percepatannya terlalu cepat. Bahkan untuk pemain asing pun saya mengkritisi jumlah 11 pemain asing. Walaupun kemudian diratifikasi, tadinya 8 di line-up sekarang jadi 7, tapi 2 di bangku cadangan jadi 9. Keduanya lagi adalah pemain di luar bangku cadangan,” kata Akmal.
Ia lantas menyoroti bagaimana jadinya kompetisi liga nasional jika dibanjiri pemain asing.”Kita sudah lihat bagaimana Arab Saudi dengan membuka ruang luar biasa pada pemain asing, pada akhirnya mereka tidak punya tim nasional yang kuat. Bahkan untuk pertama kali dalam sejarah kalah dari Indonesia 0-2 di GBK,” ungkapnya beralasan.
Saat ini, Timnas Indonesia masih butuh pemain-pemain lokal yang bisa punya jam terbang banyak sehingga bisa menjadi fondasi tim nasional. Dibandingkan dengan Arab Saudi yang sumber dananya tak terbatas untuk merekrut pemain, Indonesia lain soal dan bisa berbahaya ke depannya.

“Itu kalau Arab Saudi, duit enggak masalah. Nanti kita akan ada masalah lagi dengan banyaknya pemain asing ini, klub-klub yang bisa disanksi FIFA karena terlambatan atau tidak bayar gaji pemain,” katanya.
Musim lalu Akmal mencatat, ada sekitar 4,3 miliar yang utang untuk 4 klub.”Kalau kemudian kita mau sepak bola kita ke depan menjadi sepak bola yang bukan cuma mengindustri tapi juga berprestasi,” ungkapnya.
Kalau mengindustri saja tapi kemudian yang memaksimalkan industri orang asing, sepak bola Indonesia tidak dapat apa-apa juga. Indonesia hanya akan jadi negara yang menampung atau dalam tanda kutip memberikan rezeki kepada orang asing untuk mencari nafkah di Indonesia.
“Meskipun perlu misalnya juga ada istilahnya rasionalisasi, kalau ada yang klub-klub bola mengatakan bahwa gaji-gaji pemain lokal kita tinggi, saya pikir itu perlu dipikirkan rasionalisasi agar tidak besar pasak dari tiang. Jangan sampai nanti tengah jalan banyak klub yang menunggak gaji yang pada akhirnya terbuka ruang untuk match fixing, match setting, match acting,” katanya.
Sepak Bola dari Bawah
Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir menegaskan bahwa pemerataan sepak bola harus dimulai dari bawah, di antaranya melalui pembenahan kompetisi di Liga 3 dan Liga 4.
“Pemerataan sepak bola ya itu memang harus benar-benar mulai dari bawah. Tim nasional berpikir sendiri secara nasional, memang ini yang terbaik. Liga mendampingi, tapi jangan melupakan juga pembinaan yang dari kota, desa dan lain,” kata Erick di Semarang, Jumat (9/9/2025).
Hal tersebut disampaikan Erick usai beraudiensi dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen terkait pengembangan prestasi olahraga sepak bola.
Dalam pertemuan itu, ia menyampaikan bahwa sesuai dengan statuta PSSI yang baru ingin mendorong lagi perserikatan bahwa Liga 4 itu memperebutkan piala wali kota dan bupati.”Juara-juara kota itu nanti main di provinsi memperebutkan (juara, red.), tentu atas dukungan Pak Wagub dan Pak Gubernur, Piala Gubernur itu Liga 3,” katanya.
Para tim yang juara di tingkat provinsi atau Liga 3, kata dia, nantinya akan dimainkan di liga nasional yang memperebutkan Piala Presiden.”Nah, ini yang kita mau sinergikan. Dan Pak Wagub, terima kasih dukungannya,” kata Erick yang juga Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu.