Pejabat kesehatan Palestina dan para saksi mengatakan pasukan Israel menembaki warga saat menuju lokasi distribusi bantuan Selasa (4/6/2025), menewaskan sedikitnya 27 orang, dalam insiden ketiga dalam tiga hari. Seluruh area itu adalah zona militer Israel dan wartawan tidak memiliki akses di luar tempat yang disetujui tentara.
Menurut Zaher Al-Waheidi, Kepala Departemen Pencatatan Kementerian Kesehatan Gaza , setidaknya 27 orang tewas Selasa dini hari. Sementara Hisham Mhanna, juru bicara Komite Palang Merah Internasional, mengatakan rumah sakit lapangannya di Rafah menerima 184 orang yang terluka, 19 di antaranya dinyatakan meninggal saat tiba di rumah sakit dan delapan lainnya kemudian meninggal karena luka-lukanya.
Ke-27 korban tewas dibawa ke Rumah Sakit Nasser di kota Khan Younis. Yasser Abu Lubda, seorang pengungsi Palestina berusia 50 tahun dari Rafah, mengatakan penembakan dimulai sekitar pukul 4 pagi di area Bundaran Bendera kota itu, sekitar satu kilometer (1.000 yard) dari pusat distribusi bantuan.
Ia melihat beberapa orang terbunuh atau terluka. Neima Al-Aaraj, seorang wanita dari Khan Younis, memberikan cerita serupa. “Banyak yang menjadi martir dan terluka,” katanya, seraya menambahkan bahwa penembakan oleh pasukan Israel dilakukan tanpa pandang bulu.
Ia mengaku berhasil sampai di tempat tujuan namun pulang dengan tangan hampa. “Tidak ada bantuan di sana,” katanya. “Setelah para martir dan yang terluka, saya tidak akan kembali,” katanya.
“Apa pun yang terjadi, kami akan mati.” Rasha Al-Nahal, saksi mata lainnya, mengatakan “ada tembakan dari segala arah.”
Ia sempat menghitung lebih dari selusin orang tewas dan beberapa lainnya terluka di sepanjang jalan. Dia mengatakan tidak menemukan bantuan ketika tiba di pusat distribusi, dan hanya mendapat serangan tembakan pasukan Israel ketika hendak kembali.
Sementara itu militer Israel mengatakan pada hari itu tiga tentaranya tewas di Jalur Gaza, dalam apa yang tampaknya menjadi serangan paling mematikan terhadap pasukan Israel sejak mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas pada bulan Maret.
Militer mengatakan ketiga prajurit tersebut, semuanya berusia awal 20-an, gugur dalam pertempuran di Gaza utara pada hari Senin, tanpa memberikan rincian. Media Israel melaporkan bahwa mereka tewas dalam ledakan di daerah Jabaliya.
Penembakan hampir setiap hari itu terjadi setelah Yayasan Kemanusiaan Gaza atau Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang didukung Israel dan AS mendirikan titik distribusi bantuan di dalam zona militer Israel. Mereka berdalih sistem distribusi itu dirancang untuk menghindari Hamas.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menolak cara baru memberikan bantuan kemanusiaan tersebut, dengan mengatakan sistem tersebut tidak mengatasi krisis kelaparan yang meningkat di Gaza dan memungkinkan Israel menggunakan bantuan sebagai senjata.
Sebelumnya 34 Orang Tewas Ditembak
Sebelumnya, militer Israel melepaskan tembakan peringatan ke arah tersangka yang diklaim tengah mendekati pasukannya pada Minggu dan Senin pagi. Pejabat kesehatan dan saksi mata mengatakan 34 orang tewas pada peristiwa dua hari itu. Militer membantah menembaki warga sipil atau menghalangi mereka mencapai lokasi bantuan.
Kampanye militer Israel telah menewaskan lebih dari 54.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Jumlah korbannya dianggap secara umum dapat diandalkan oleh badan-badan PBB dan para ahli independen.
Sementara Israel mengatakan telah menewaskan sekitar 20.000 militan, tanpa memberikan bukti. Sekitar 860 tentara Israel telah tewas sejak serangan 7 Oktober, termasuk lebih dari 400 orang selama pertempuran di Gaza.